Dua Belas

679 175 258
                                    

Pernah merasa darahmu seolah berdesir lembut?
Itulah yang aku rasakan saat menatapmu.

~ Ganendra Galen Saputra ~

~ Ganendra Galen Saputra ~••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Adara mendongkak. Matanya menatap satpam yang tengah membuka gerbang tinggi berwarna hitam hingga menampilkan sebuah rumah bergaya minimalis modern. Ini adalah kali kedua Adara menginjakkan kaki di sini. Namun, rasa kagum masih menghampiri dirinya. Ia ingin rumah yang seperti ini. Tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil. Tenang tapi hangat.

Pria paruh baya yang memakai setelan satpam itu memberi isyarat untuk masuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pria paruh baya yang memakai setelan satpam itu memberi isyarat untuk masuk. Adara memacu motornya memasuki halaman rumah lalu memarkirnya di sisi pohon kecil. Tempat yang sama seperti saat ia memarkirkan motornya dahulu.

Ia mendongkak menatap langit yang kini dipenuhi awan putih menyembunyikan sang mentari yang mengintip malu-malu. Memastikan langit tidak akan membasahi bumi dalam waktu dekat. Tangannya terangkat untuk melepas pelindung kepala lalu menyampirkannya di spion motor.

Matanya melirik tajam pada ranting pohon yang sedikit menjulur keluar. Adara sangat ingat kejadian apa yang disebabkan oleh ranting kecil ini tiga minggu yang lalu. Kejadian memalukan akibat kecerobohannya itu masih terbayang di kepalanya hingga saat ini. Bagaimana bisa ia mengira ada orang yang sedang mencopetnya padahal yang sebenarnya terjadi adalah tasnya hanya tersangkut pada ranting pohon? Mengingat hal itu, membuat Adara membenturkan kepalanya pada dashboard motor.

"Adara!"

Panggilan itu membuat Adara tersentak. Ia mendongkak dan melihat Galen yang sedang berjalan ke arahnya. Dengan segera Adara turun dari motor lalu sedikit membungkukkan tubuhnya seraya tersenyum sopan.

Galen tersenyum manis hingga kedua matanya sedikit menyipit kemudian menggerakkan dagunya ke arah pintu. "Ayo masuk."

Adara mengedipkan matanya dua kali saat mendengar ajakan itu lalu mengangguk dengan senyuman canggung. Ia mengekori punggung lebar Galen bak seorang anak ayam pada induknya.

Adara berpikir apa Galen memang seantusias itu untuk belajar melukis? Pria itu bahkan berlari kecil dari pintu menuju dirinya yang berada cukup jauh tadi. Padahal bisa saja Galen menunggu di pintu dan hanya perlu memanggilnya.

Nyonya InsecureWhere stories live. Discover now