Delapan

847 229 167
                                    

Terkadang ekspektasi tidak sesuai dengan realitas. Seperti saat kita mengalami adegan seperti dalam drama yang romantis tapi berakhir dengan memalukan.

"Aduh!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aduh!"

Dengan kompak mereka memegang kening yang baru saja berbenturan. Saling menatap dengan pandangan terkejut dan malu. Entah siapa yang memulai tapi kini keduanya saling terkekeh kecil yang disertai senyum malu-malu dengan penyebab berbeda. Adara terkekeh lalu menunduk malu karena lagi-lagi ia melakukan hal memalukan karena reaksi spontannya. Sementara Galen terkekeh lalu membasahi bibirnya dengan lidah karena merasa gemas sendiri dengan apa yang terjadi barusan.

Memang tidak seindah adegan romantis di drama yang jika pemerannya menjatuhkan barang lalu lawan mainnya akan ikut mengambil barang itu dan tangan mereka akan bersentuhan. Tapi kejadian barusan membawa kesan tersendiri bagi Galen hingga membuat telinganya sedikit memerah. Apalagi setelah melihat Adara yang menyelipkan rambut terurainya ke belakang telinga. Gestur yang menujukan bahwa gadis itu juga merasa malu.

"Maaf," cicit Adara masih dengan acara menunduknya.

Galen yang mendengar itu tersenyum kecil lalu mengambil tube cat yang belum sempat diambil. Sepertinya ia akan berterimakasih pada tube cat itu nanti. "Ga apa-apa, Dara. Kan saya udah bilang, jangan minta maaf terus." Galen meletakkan tube itu di meja lalu kembali menatap Adara.

"Ah, iya." Adara mengangguk lalu tersenyum kecil.

"Ya udah, ayo lanjutin."

Mencelupkan kuas pada palet yang sudah diisi beberapa warna lalu mengoleskannya sedikit pada kanvas. Tangan kiri Adara dengan lihai membuat gradasi semburat merah di ujung pantai seolah matahari sedang menunjukan kecantikannya di perbatasan siang dan malam. Adara mendongkak seraya menyodorkan kanvas itu ke hadapan Galen lalu memindahkan kuas dari tangan kiri ke tangan kanan kemudian menyerahkannya pada Galen menggunakan tangan kanan.

"Kamu kidal?" tanya Galen dengan alis saling bertaut seraya menatap tangan kiri Adara. Ia baru sadar, sejak tadi Adara memang dominan menggunakan tangan kiri. Bahkan jam tangan yang digunakan gadis itu berada di tangan kanan.

Adara melirik pada tangan kirinya yang ditatap oleh Galen. Ia mengangguk seraya menggoyangkan pelan tangan kirinya. "Iya," ucap Adara seraya tersenyum kecil.

Galen yang mendengar itu membulatkan mulutnya kagum. Ia sedikit tahu bahwa orang yang bertangan kidal sebagian besar lebih pintar dari pada orang non-kidal dan mereka pun cenderung lebih tertarik pada seni. "Semua yang kamu lakuin pake tangan kiri?"

"Engga. Kalau berinteraksi sama orang lain, saya pake tangan kanan. Ga sopan kalau pake tangan kiri," jelas Adara.

Mengangguk paham lalu kembali bertanya, "Pake tangan kanan gitu, susah ga?"

Nyonya InsecureWhere stories live. Discover now