Part 12 : Givea marah? (Sudah revisi)

Start from the beginning
                                    

Gadis itu memperhatikan cowok dipojok kiri yang kini sedang tertawa renyah hingga menampakkan deretan gigi putihnya. "Gantengnya kak Gavin kalo lagi ketawa kayak gini, nikmat Tuhan mana lagi yang akan engkau dustakan Givea Isabella," monolognya.

Baru saja Givea ingin beranjak menghampiri tiga cogan, tiba-tiba sebuah tangan kekar mencekal pergelangan tangannya.

Gadis itu berbalik dan—

Grep.

Seorang cowok dengan tubuh tegap, tinggi, serta tangan kekarnya tiba-tiba merangkul pundaknya, tangan satunya lagi menarik lengannya untuk memaksa Givea berjalan kembali ke lantai bawah.

"Heh mau ngapain lo!" sentak Givea menatap Rizal yang mengajaknya tanpa permisi.

"Sssttt diem aja," balas Rizal sambil membawa Givea menuju ke ruang laboratorium.

"Zal, lo ngapain sih bawa gue ke laborat?" tanya Givea menatap bingung.

"Santai aja kali gausah galak-galak kayak singa gitu," ujar Rizal terkekeh pelan.

"Ya elo sih ganggu gue aja, gue tuh mau nyamperin seseorang, malah lo seret-seret kesini," gerutu Givea sebal.

Rizal nyengir tak berdosa. "Hehe maaf Giv, terlanjur."

Mereka berdua kini sudah sampai di dalam ruang laboratorium IPA. Entah apa alasan Rizal membawa Givea kesana.

"Yaya gue maafin. Langsung to the point aja, lo mau ngapain bawa gue kesini?" tanya Givea menatap Rizal dengan tatapan menyelidik.

"Ajarin gue makai mikroskop!" balas Rizal tanpa mengalihkan pandangannya dari Givea.

Givea melongo setelah mendengar ucapan Rizal barusan. "L-lo gabisa makai mikroskop nih? seriusan?" tanyanya memastikan tanpa ada sedikit kecurigaan kalau Rizal bisa saja membohonginya.

Rizal hanya menggeleng lemah sebagai jawaban, sedangkan Givea menepuk jidatnya pelan.

"Yaudah bawa sini gue ajarin!" ujar Givea menyuruh.

Rizal membawa mikroskop itu mendekati bangku depan Givea berdiri, lalu dengan sangat telaten Givea menjelaskan dan mengajari cara menggunakannya mikroskop yang benar.

"Sebenernya gue sangat bisa Giv makai mikroskop tanpa lo ajarin, cuman gue sengaja bawa lo kesini, karena gue pengen deket sama lo," batin Rizal bersuara.

"Maafin gue udah bohongin lo!" lanjutnya dalam hati.

"Gimana udah ngerti kan?" tanya Givea namun tak ada sahutan.

Gadis itu mendongak menatap Rizal disampingnya, namun Rizal ternyata sedari tadi hanya sibuk memandangi wajahnya.

Terlintas sebuah ide jahil di benaknya.

"ULAR, ZAL! AWAS ZAL, DI BELAKANG LO ADA ULAR ITU! teriaknya kencang.

Rizal berjingkat kaget. "MANA, MANA ULARNYA? TOLONG, TOLONG MAMA TOLONG RIZALL TAKUT ULARR!" teriak Rizal panik, cowok itu belum sadar bahwa Givea hanya mengerjainya.

Sedangkan Givea yang berhasil mengerjai Rizal pun sudah tertawa kencang, saat melihat reaksi Rizal yang lucu menurutnya.

Rizal yang tidak tau apa-apa pun mengerjap pelan, mencari-cari keberadaan ularnya. Tapi kemudian Rizal tersadar bahwa dirinya tengah dikerjai oleh Givea.

"Lo ngerjain gue?" tanya Rizal mendelik kesal.

"Hahaha anjir, haha iya maaf! sumpah lo lucu banget sih lo, hahaha." Givea masih terbahak-bahak.

Rizal mendengus sebal. "Bodoamat lah." kesalnya sembari melangkah keluar lab.

"Ciee ngambek," goda Givea menyusul Rizal sembari menoel-noel lengan cowok itu.

"Nggak! Ngapain juga gue ngambek," balasnya santai.

"Becanda doang Zal, abisnya lo sih gue capek-capek jelasin lo-nya malah ga sibuk merhatiin wajah gue, gue tau gue cantik," ucap Givea dengan pd-nya.

Rizal yang ketahuan ketangkap basah pun tersipu malu. "Iya deh lo emang cantik," pujinya blak-blakan membuat Givea langsung diam.

"Canda Giv canda doang wlekk," ujar Rizal berbalik meledek.

"Anjir lo ya emang!" Givea sudah bersiap menjambak rambut Rizal namun Rizal berlari menghindar.

Mereka berdua pun kini saling kejar-kejaran seraya tertawa, seperti tak ada yang mau mengalah untuk berhenti.

Dan tanpa mereka ketahui, ada sepasang mata yang menatap mereka dengan sorot benci.

*****

Gavin kini sedang mondar mandir tidak jelas di depan kantin, dirinya bingung memikirkan apa yang dirasakannya kali ini. Entah mengapa dirinya menjadi merasa sedikit bersalah ketika mengingat tadi pagi dirinya menurunkan Givea di pinggir jalan, pasti gadis itu sangat terluka. Rasa iba dan kasihan tiba-tiba muncul di benaknya. Apa ia sudah keterlaluan? 

Dan saat di kantin tadi Gavin tak melihat tanda-tanda keberadaan Givea yang biasanya menghampirinya. Apa cewek itu marah padanya?

"Sebenernya kasian juga sih tuh cewek gue turunin di jalanan tadi, pasti dia panik banget, mana tadi pagi pas jamnya udah mepet lagi," gumam Gavin bermonolog.

"STOPP! anjir apaansih lo Vin, ngapain juga lo mikirin cewek kayak dia, biarin aja dia ilang sekalian, toh juga dia bukan siapa-siapa lo!" batinnya tak setuju.

"ARRGGHH ANJING! LAMA-LAMA PUSING GUE!" teriak Gavin seraya menendang botol aqua di depannya.

DUK!

"Aww," pekik seseorang membuat Gavin seketika menoleh.

Seseorang itu terlihat sedang meringis sambil mengelus-elus jidatnya, seseorang itu adalah Romli sahabat Gavin yang tidak sengaja terkena tendangan botol dari Gavin.

"Eh lo gapapa Rom? sorry banget gue ga sengaja tadi," ujar Gavin menghampiri Romli dengan perasaan bersalah.

"Anjing, ternyata lo pelakunya? Jahat banget sih sama sahabat sendiri," ujar Romli mendramatis.

"Ya kan gue nggak sengaja goblok!" balas Gavin tak terima.

"Lagian ngapain sih lo pake nendang botol segala? Kalo ada sampah tuh di masukin di tempat sampah, bukan malah ditendang sembarangan!" cerocos Romli menasehati.

"Udah nyerocosnya?" tanya Gavin malas.

"Dih, udah salah bukannya minta maaf, malah ngatain gue lo!" sinis Romli membuang muka.

"Kan tadi gue udah minta maaf njing," balas Gavin kesal.

"Iye-iye gua maafin."

"Eh bentar-bentar tuh muka ngapain ditekuk gitu, kayak kertas rusak haha," sindir Romli sembari tertawa.

"Gak mood," balas Gavin acuh.

"Tumbenan banget, mood lo ilang kemana emang? Masa ikutan ilang saat Givea ilang?" tanya Romli menggoda.

Gavin menoyor kepala sahabatnya itu. "Gausah sotoy bangsat!"

"Yee gini-gini gue masih peduli sama sahabat sendiri bangsat," ujar Romli menirukan gaya bicara Gavin.

"Lo kenapa sih? lagi ada masalah? sini cerita ke pakarnya, dijamin seratus persen bakal cepet clear deh tuh masalah," lanjutnya dengan bangga.

"Lo tuh bukan pakarnya, tapi malah jadi akar masalahnya," ucap Gavin lalu melangkah pergi, meninggalkan Romli yang sedang menggerutu.

"Yee tuh anak main nyelonong aja kayak tuyul," gerutu Romli sebal.

"Kira-kira Gavin kenapa ya? ga biasanya tuh anak kayak begitu. Ini pasti ada apa-apa nih, gue harus selidiki," lanjutnya bermonolog.

"Detektif Romli akan segera beraksi yuhuu," teriaknya sambil berlari menuju ke kelasnya.

****

Jangan lupa Voment💛

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Where stories live. Discover now