34

9.8K 589 68
                                    

Happy Reading;)

-

Pukul duabelas malam Cui belum tertidur dirinya menunggu Jimin yang dua hari ini selalu pulang sangat larut malam. Jimin pergi kekantor sangat pagi bahkan dirinya belum bangun dan pulang saat dirinya sudah tertidur nyenyak. Hari ini Cui bersikeras menunggu Jimin walaupun matanya sudah sangat meminta untuk ditutup.

Jimin yang awalnya dan biasanya bersikap lembut, penyayang kepadanya mendadak hilang. Jimin berubah menjadi pribadi yang dingin arogan pada Cui, setiap kali Cui berhadapan tak ada kata yang tak menyakitkan, ingin membalas perkataan Jimin tetapi entah mengapa seakan mulutnya kelu, tak sanggup membalas Jimin.

Alhasil hanya air mata yang membalasnya, jika airmata Cui sudah keluar dihadapannya maka Jimin lebih memilih pergi dari hadapan Cui. Bagaimana buat sebenarnya dia ingin terlihat kuat berhadapan dengan Jimin yang beberapa kali ini selalu mengutarakan sesuatu yang menyakitkan padanya. Tetapi mulut Jimin sangatlah pedas sehingga semua yang dia katakan menempel dan berputar indah dipikirannya yang membuat sangat sesak.

Perihal foto konyol yang menjadi permasalahan mereka seperti ini tidak lebih tepatnya kearah Jimin yang lebih percaya. Ketika Cui ingin berbicara berhadapan dengannya ingin menjelaskan bahwa itu tidaklah benar, Jimin tidak mau dia menjauhi Cui. Jimin benar benar menghindari Cui. Rasanya keberadaan Cui benar benar tidak dianggap lagi oleh Jimin. Cui tidak tahu harus buat apa jika bukti dia hanya punya penjelasan jika soal melacak lacak dia tidak sepintar Namjoon. Hanya penjelasan yang dia punya.

Mengingat Jimin saja yang sekarang dikatakan jam sudah beranjak kepagi hari belum kembali kerumah membuat Cui cemas, pikirannya sudah yang tidak tidak apakah Jimin memiliki seorang kekasih sehingga dia lebih memilih pulang malam menghabiskan waktu bersama kekasih barunya? Seperti itulah pemikiran Cui yang membuat hatinya seperti ditusuk panah yang sangat menyakitkan padahal baru pemikirannya tetapi rasanya sudah menjadi nyata. Mungkin isi kepalanya diracuni oleh drama drama yang dia tonton.

"Oppa Jimin pulanglah.. Hiks" air matanya keluar lagi sungguh pemikirannya tidak bisa dicerna, ditambah lagi kata kata Jimin berputar lagi diotaknya. Semua menjadi satu sehingga nafasnya tak teratur, suara sesenggukan itu keluar, butiran air keluar dari mata indahnya. Menangis, dan semua karena Park Jimin.

Entah sudah berapa lama dia menangis dan dirinya terlelap diranjang nyaman besar dikamarnya seorang diri.

-

Jimin keluar dari kantornya yang sudah sangat kosong dirinya lebih memilih melampiaskan semua kecamuknya dengan bekerja dikantornya. Mungkin rumahnya hanya untuk tempatnya tidur dan mandi saja, jika breakfast, lunch dan makan malam juga semua kegiatannya berlangsung dikantor. Dia malas dirumah.

Jimin mengendarai mobilnya seorang diri menuju kerumah, memasang alunan musik Jazz yang mengalun indah di indra pendengarannya.

"Cui pasti sudah tidur" batinnya.

Jimin sampai dirumah, dia langsung menuju kekamarnya. Tapi, langkahnya terhenti ketika melihat kamar Cui yang sangat gelap. Jimin membuka pintu yang tidak tertutup rapat itu dengan perlahan.

Jimin mendekati ranjang Cui, dia dapat melihat jelas diri Cui yang terbaring diranjang karena cahaya pantulan dari bulan yang terang. Jimin menarik selimut sampai batas bahu Cui. Jimin berjongkok menatap wajah Cui yang basah terutama area matanya. "kau pasti menangis lagi" lirihnya kecil. Jimin mendekatkan bibirnya pada kening Cui, belum menempel Jimin menjauhkan kembali kepalanya, foto itu kembali muncul di ingatannya.

DADDY JIMINku (Versi1)Where stories live. Discover now