47

9.6K 629 81
                                    


Happy Reading :)

-

Cui kini berada dikamar seorang diri dia tidak bisa tidur, setelah makan malam dibawah tadi, Jimin langsung mengantar Cui kekamar dan menemaninya sampai menutup mata. Cui hanya berpura pura agar Jimin tidak mengomel. Cui menutup matanya dan beberapa kali mengubah posisi tidurnya agar dapat tidur nyaman.

Tiba tiba suara decitan ranjang terdengar dan tarikan selimut pelan, Cui merasakan pelukan hangat dari belakang tubuhnya, siapa lagi kalau bukan Jimin pelakunya.

"kenapa belum tidur? hmm" Jimin semakin mengeratkan pelukannya.

"aku tidak bisa tidur" lirih Cui berusaha menutup matanya.

"Kemarilah" Jimin membalikkan tubuh Cui pelan berhadapan dengannya. Jimin merentangkan tangan kirinya dan meletakkan kepala Cui disana, lalu Jimin memeluk pinggang ramping Cui.

Rasanya sangat nyaman dan hangat, Cui juga memeluk perut Jimin menyandarkan kepalanya didada bidang Jimin, bahkan dia dapat mendengar suara detak jantung Jimin yang cepat, mendadak kantuk Cui datang tapi dia tahan ingin menikmati moment seperti ini dengan Jimin.

"Sayang,,, " panggil Jimin lembut dan mengelus rambut panjang Cui.

"hmmm?" balas Cui tanpa menatap Jimin dan tetap bersandar pada dada bidang Jimin.

"aku ini ingin menyampaikan sesuatu, tapi kalau kau mengantuk besok juga tidak apa apa"

Cui menatap Jimin menandakan apa yang ingin Jimin sampaikan, lalu setelahnya Jimin menutup mata sejenak dan menghela nafas pelan, Jimin menatap Cui sendu.

"mengenai kesalahpahamanku padamu dan pertengkaran kita" lirih Jimin, dari kata dan raut wajah Jimin saja sudah tersirat penyesalan dan permohonan.

Mendadak ingatan Cui berputar ketika Jimin mencampakkan kue buatannya, mengatai dirinya 'wanita murahan' , 'pengkhianat' , 'penghalang dikehidupan Jimin' , bagaimana Jimin yang sangat dingin padanya, menghindarinya, bahkan menjaga jarak saat berhadapan dengannya.

Rahangnya bergetar dan menggigit bibir bawahnya kuat, ketika mengingat Jimin menyudutkan-nya mengurung dirinya, mencium dengan kasar, mencengkram kuat lengannya bahkan Jimin menamparnya dengan kuat sampai pipinya memar, satu yang paling membekas Jimin menamainya dengan kata 'Jalang'

Mata Cui memanas lalu detik itu dia menangis.

Cui menutup wajahnya dengan kedua tangannya ,menumpahkan air matanya yang sudah terbendung saat mulai dia mengingat sikap Jimin padanya belakangan ini.

Menyadarinya Jimin langsung memeluk tubuh Cui dan mengelus punggung Cui yang bergetar hebat, bahkan isakannya sangat kuat. Jimin tidak melanjutkan kalimatnya dia membiarkan Cui menangis sampai puas tidak peduli jika baju yang dikenakannya basah kuyup.

Itulah Jimin lebih mementingkan egonya, padahal Cui baru pagi tadi keluar dari rumah sakit dan Jimin langsung membicarakan masalah mereka sebelumnya, membuat ingatan Cui berputar.

"hiks hiks Oppa hiks j-jahat" lirihnya ditengah isaknya.

"ya aku memang jahat" sarkas Jimin.

DADDY JIMINku (Versi1)Where stories live. Discover now