45

9.3K 575 120
                                    


Happy Reading :)

-

Jimin merapikan berkas berkas dimeja kerjanya, dan langsung meraih jasnya yang termampang dipunggung kursinya. Jimin menatap jam rolex yang melingkar manis pada pergelangan tangannya, pukul sembilan malam. Masih ada waktu untuk melihat Cui dirumah sakit, walaupun dari jarak jauh.

Bagaimana buat Cui takut berhadapan dengan Jimin, dikarenakan saat awal Jimin mengetahui Cui kehilangan ingatannya, Jimin tidak terima dia memaksa Cui mengingatnya, sehingga membuat gadis itu sangat takut berhadapan dengan Jimin.

Jimin meraih kunci mobilnya dan keluar dari ruanganya, menutup dan mengunci pintu ruang kerjanya menggunakan sebuah card yang langsung mengunci otomatis ruang Jimin dengan ketat.

Jimin memutar badannya dan mendapati Yuri yang berdiri tidak jauh dari tempatnya tersenyum kepadanya. Jimin hanya menatap datar dan berjalan melewati Yuri tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.

"Selamat malam sajangnim,,, " ucapnya sopan dilebih lebihkan saat Jimin berjalan didepannya.

Seperti biasanya Jimin hanya mengangguk kan kepalanya tanpa memberi reaksi apapun.

Yuri mengekori Jimin dari belakang, seharusnya Yuri sudah pulang dari tadi, tapi entah kenapa dia malah pulang mengikuti Jam kerja Jimin.

"maaf sajangnim,,,, " ucapnya ketika tubuhnya tidak sengaja menabrak punggung Jimin.

Jimin hanya diam dan mengepalkan tangannya kuat. sungguh, sudah hampir seminggu Yuri bekerja bersamanya ada saja hal yang membuatnya ingin emosi.

"Sajangnim tidak apa apa, ingin kuperiksa ,tadi kan aku tidak sengaja menabrak punggung sajangnim" ucapnya menyentuh dan meraba raba punggung Jimin.

"YURI!" bentak Jimin dan menatap Yuri kelewat tajam menusuk.

"bisakah sekali saja kau tidak membuatku emosi!" pekik Jimin dengan emosi tertahan.

"apa kau tidak lelah mendengar bentakan ku hampir setiap hari padamu!" Jimin mengertakkan kuat giginya.

"m-maaf sajangnim hiks" lirihnya dan menangis.

Jimin memutar bola matanya malas ketika melihat Yuri menangis dihadapannya. Jimin berjalan menuju lift meninggalkan Yuri yang menangis tersedu sedu sendirian.

Yuri menghentak hentakkan kakinya kesal, ketika Jimin tidak meminta maaf padanya. "kenapa sih kau tidak ada manis manisnya sedikit padaku huh!" omelnya.

"seharusnya walaupun aku bawahanmu, kau harus manis sedikit saja jangan dingin saja selalu, dasar sajangnim dingin!" pekiknya meronta ronta sendiri.

"tapi Tampan" lirihnya dan senyum senyum sendiri layaknya orang yang bertemu idolanya.

Pintu lift terbuka, Jimin langsung keluar dan disambut oleh beberapa karyawannya yang masih bekerja belum kembali kerumah masing masing, mereka langsung berdiri dan membungkukkan badannya ketika Jimin lewat dihadapan mereka.

Jimin hanya berjalan keluar dari gedung perusahaannya, dan menuju ke tempat mobilnya terparkir, Jimin menekan remote mobilnya agar kunciannya terbuka. Baru saja ingin masuk Jimin kembali menghela nafas sabar ketika mendengar seseorang memanggil nya.

DADDY JIMINku (Versi1)Where stories live. Discover now