18

15.3K 605 5
                                    

'jangan Lupa tinggalkan jejak '
Happy reading

Mungkin ada beberapa typo bertebaran 🙈






"Sayang kamu sudah mengoleskan salep yang diberi Dokter tadi?" Tanya Jimin berjalan menghampiri Cui yang duduk disofa ruang tamu.

"Sudah" jawab Cui singkat, dia sedang serius menonton series drama kesukaannya. Jimin duduk disebelahnya ikut menonton drama tersebut, sungguh dia sangat tidak tertarik dengan drama drama seperti itu. Berbeda dengan Cui yang selalu mengikuti episode dari drama tersebut, bahkan dilaptop Jimin terdapat beberapa episode drama karena ulah Cui. Sedari tadi Cui tidak peduli dengan Jimin dia terlalu hanyut dalam kegiatan menontonnya. Merasa diabaikan Jimin mengganti siaran Televisi menjadi News.

"Daddy! Jangan digantii" rengek Cui

"Sudahlah apa yang hangat dibicarakan akhir akhir ini" Ucap Jimin sembari memangku kaki kirinya dan merentangkan kedua tangannya pada sandaran sofa. Cui merasa kesal memilih kembali kekamar, saat berdiri Jimin menarik tangan Cui sehingga terduduk pada kedua pahanya. Cui tidak menatap Jimin, malah merotasikan kedua matanya memanyunkan bibirnya kesal. Jimin yang melihatnya jadi gemas sekali.

"Kenapa?" tanya Jimin. Cui hanya mengedikkan bahunya,Jimin tertawa kecil dan membawa kedua tangannya melingkar manis pada pinggang ramping Cui, menatapnya dengan tatapan lembut.

"Kamu marah ya?"

Cui menggeleng"Daddy awas aku ingin mengerjakan tugasku yang belum selesai" Ucapnya sambil menyingkirkan tangan Jimin.

"Ya sudah Daddy kembalikan siarannya ke Drama yang tadi" Ujar Jimin sambil mengganti Siaran tetapi percuma,setengah layar televesi berubah menjadi kata kata yang berbaris berjalan menandakan telah bersambung.

"ah sudahlah tugasku banyak" setelahnya Cui melepas tangan Jimin berjalan menuju kekamarnya,mengerjakan tugas matematika lagi, yang menunggu.

Sedangkan Jimin masih duduk pada sofa merutuki dirinya sendiri, sebenarnya dia hanya ingin menghabiskan waktu bersama dengan Cui,tetapi kali ini gagal total hanya karena mengganti siaran, dan Cui berhasil merajuk hebat sekarang. Jika sudah seperti ini Jimin tidak tahu lagi. Jika dia menghampiri Cui yang ada dia didiamkan seperti tidak dianggap, membayangkannya saja membuat Jimin ngeri.

Dan tidak ada pilihan Jimin menuju kedapur membuat segelas kopi panas yang cocok menemani mengerjakan beberapa laporan diruang kerjanya.

Cui membolak balikkan buku catatan tentang metode eliminasi yang sangat membingungkan baginya. Sudah 3 kali dia mencoba satu soal,tetapi jawabannya tidak ada pada pilihan.

"Kenapa harus ada matematikaaa" ucapnya sambil menghentakkan hentakkan kakinya dibawah meja belajarnya.

"Apa aku bertanya pada Daddy" Ucapnya

"Tapi kan aku masih marah padanya, tapi jika tugasku tidak selesai?aku malas lagi mengerjakannya" Ucapnya sambil membolak balikkan halaman bukunya kesal, tiba tiba Cui tersenyum miring "Aku goda Daddy saja agar dia mau mengerjakan tugasku" batinnya

Cui membopong buku matematikanya kekamar Jimin, membukanya seperti dia penghuni kamar tesebut "Daddy?" panggilnya, tidak ada Jawaban seakan tahu,Cui menuju keruang kerja Jimin membukanya perlahan. Pintu terbuka menampilkan Jimin yang mengenakan kacamata bertengger manis pada hidungnya menyesap kopinya perlahan sembari memeriksa laporannya pada layar laptop.

DADDY JIMINku (Versi1)Where stories live. Discover now