-54-

2.1K 378 33
                                    

-The Woman and The Secretary-

. . .

Sasuke memijat pelan kepalanya. Ia kesal dan pusing. Mengemban jabatan sebagai Chief Executive Officer memang tidaklah mudah. Pekerjaannya menjadi lebih berat dan memusingkan. Dan ini memang bukan hari liburnya, tapi kenapa setiap kali ia sedang bersama Sakura, ada saja sesuatu yang mengganggunya? Apalagi telfon itu menyebabkannya harus diam di ruang kerja sampai malam begini. Apa yang sedang dilakukan Sakura sekarang? Wanita itu tidak pulang diam-diam kan?

Sasuke mengecek kamar tamu tempat Sarada tidur, dan anak itu ternyata masih nyaman tertidur lelap disana dengan posisi yang sudah berganti. Jika Sarada masih disini, berarti Sakura belum pulang. Dimana wanita itu?

Sasuke turun ke bawah dan menemukan TV yang menyala dengan Sakura yang duduk bersandar di sofa. Ia mendekatinya.

Dia tertidur ...

Sasuke membelai pelan pipi wanita itu, membuatnya mengerang dan berpindah posisi. Senyum terbit di wajahnya. Lucu. Sasuke menaruh tangannya masing-masing di belakang punggung dan lutut Sakura—ia mencoba memindahkannya ke kamar.

Langkahnya terhenti saat ia ada di depan kamarnya. Kemana aku harus memindahkannya? Dan keputusannya berakhir pada kamar tamu dimana Sarada tidur.

Sasuke menyelimutinya dan kembali membelai pipinya sebelum pergi. Ia menatap tangannya yang tadi dipakainya menggendong Sakura. Senyum tipis terbit di wajahnya.

Ukuran tubuhnya pas di tanganku.

. . .

Ino sebenarnya ragu apa ia harus melakukan ini atau tidak. Tapi melihat kekasihnya yang menderita seperti tadi malam membuat hatinya sakit dan rasa simpatinya tergerak. Ino ini membantu walaupun sedikit. Dan disinilah ia sekarang. Di depan rumah Sasuke.

Ini masih sekitar jam 9 pagi. Apa wanita itu sudah datang? Ia tidak tahu jam berapa Sakura mulai bekerja. Yang ada dipikirannya begitu ia bangun tidur pagi ini adalah, ia harus menemui Sakura disini.

Baru saja Ino akan memencet bel ketika gerbang di depannya mengayun terbuka dan menampakkan sosok yang dicarinya. Sakura. Ada disana dengan kantung sampah di tangan kanannya. Sepertinya wanita itu akan membuang sampah.

"Ah, Sekretaris Sasuke-san," ucap Sakura. "Apa anda mau bertemu Sasuke-san?"

"Ah, iya ..."

"Tunggu sebentar." Sakura melakukan tujuan awalnya, membuang sampah lalu kembali menghampiri Ino yang masih menunggunya. "Sasuke-san sepertinya masih tidur. Apa anda mau menunggu? Saya bisa membangunkannya jika ini urusan mendesak."

Ino tersadar. "Ah—oh, tidak usah. Maksudku, aku ... sebenarnya ingin bertemu denganmu. Apa kau punya waktu untuk mengobrol sebentar?"

Sakura terdiam. Ada urusan apa Ino sampai-sampai dia ingin bicara dengannya? Apa ini berhubungan dengan Sai? Apa itu artinya Ino tahu kalau ia adalah mantan kekasih pria itu?

"Kalau kau tidak bisa—"

"Baiklah. Saya akan bilang dulu pada anak saya. Sebentar ya, um ..."

"Ino. Ino Yamanaka. Kau boleh memanggilku Ino."

Sakura tersenyum. "Ya. Tolong tunggu sebentar, Ino-san."

Sakura masuk ke dalam, meninggalkan Ino diluar dengan perasaan gelisah yang sedari tadi tak bisa dihilangkannya. Wanita itu keluar setelah beberapa saat dengan membawa tas dan memakai cardigan.

A Papa For SaradaWhere stories live. Discover now