-47-

2K 382 26
                                    

-A Feeling of Someone's Need-

. . .

Ino memasuki apartemennya dengan langkah gontai. Ia benar-benar tidak bertenaga dan semua energinya serasa menguap setelah dirinya pulang dari rumah Sasuke. Ino tahu kalau Sasuke dan mulutnya yang tajam itu pasti akan berucap seperti itu padanya. Pria itu selalu peka dan terlalu jujur. Dia bahkan tidak bisa berbohong hanya untuk sekedar menghiburnya. Tidak, tentu saja Sasuke bukan orang yang seperti itu. Dan meskipun tahu itu, ia tetap datang kesana dan berakhir seperti ini sekarang.

Sepanjang perjalanan pulang, ia menangis dan tidka peduli dengan orang-orang yang menatapnya ketika mereka berpapasan karena matanya yang memerah dan terus mengeluarkan air mata.

Belum cukup ia terkejut mendengar kebenaran mengenai kekasihnya, kini ia terkejut dengan fakta tentang dirinya sendiri yang baru saja Sasuke bicarakan langsung padanya tadi. Sasuke adalah orang yang selalu bisa membuatnya tertampar atas semua kenyataan yang diucapkan pria itu. Tapi Ino tidak membenci Sasuke karena pria itu hanya satu-satunya teman yang ia punya. Ya, Ino tidak mempunyai teman yang dekat dengannya selain Sasuke. Meskipun selama masa sekolah hingga kuliah dulu ia cukup terkenal, tapi mereka hanya dekat dengannya saat di sekolah/kampus tidak sampai menjadi teman yang cukup dekat untuk saling berbagi cerita. Entahlah, sebenarnya ia hanya tidak bisa cukup percaya pada mereka dan itu yang membuatnya tidak mempunyai satu pun teman hingga saat ini.

Dan ketika Sai yang sama tertutupnya datang, entah kenapa ia sangat ingin mendekatkan diri dengannya. Ino merasa mempunyai orang yang mirip dengannya, meskipun sifat Sai cukup dingin saat mereka sama sekali belum saling mengenal dulu. Ia terus berusaha mendekati Sai hingga akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih hingga saat ini.

Sebenarnya, Ino juga tidak punya alasan pasti kenapa dulu dia sangat bersikeras ingin mendekati Sai dan menginginkan pria itu ada di sisinya. Tapi perasaannya pada pria itu tulus. Ino sama sekali tidak berbohong ketika dirinya bilang kalau ia menyayangi Sai. Tapi ia juga tak bisa menyangkal perkataan Sasuke saat pria itu bilang kalau ia hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri dari hubungan yang tidak ia inginkan dan bertahan selama ini hanya karena Sai memberinya rasa nyaman akan dibutuhkan dan membutuhkan seseorang.

Ino kesepian dan ia tidak bisa menyangkal itu. Ia ingin seperti orang lain yang mempunyai teman atau sahabat yang ada du sisi mereka saat mereka kesulitan atau sedang senang. Ino ingin merasakan perasaan itu. Dan Sai memberinya rasa itu. Pria itu memenuhi kebutuhannya akan kasih sayang. Sasuke benar, Ino memang ingin Sai terbuka dengannya karena selama ini pria itu tertutup padanya, tapi ia malah menghindarinya ketika pria itu membuka dirinya padanya. Sebenarnya apa yang ia mau?

"Aku tidak tahu ... aku juga tidak tahu kenapa aku begini ... Aku ... aku ..."

Air matanya kembali keluar, kali ini lebih deras. Ino meredam teriakannya dalam bantal. Ia mencengkram erat sprei kasurnya hingga kusut. Apa yang harus dikatakannya pada Sai sekarang? Apa ia harus bilang pada pria itu kalau selama ini ia hanya memanfaatkannya?

Ino tidak bisa berpikir. Kepalanya terasa pening. Matanya buram dan sakit karena terus mengeluarkan air mata. Dadanya sesak. Ia kacau.

. . .

"Aku pulang!" Sakura menaruh sepatunya dalam rak sepatu sebelum ia memasuki rumah. Keningnya berkerut heran ketika suara anaknya tak meyapa gendang telinganya. Kemana Sarada? Biasanya anak itu menyambutnya di depan pintu. Dan ia menemukan anaknya sedang duduk di sofa sembari memandangi TV dalam diam.

Karin menghampirinya. "Selamat datang," katanya.

"Ada apa dengannya?" tanya Sakura setelah ia meneguk segelas air di dapur.

A Papa For SaradaWhere stories live. Discover now