-33-

2.1K 367 15
                                    

-The Woman And The Men-

. . .

Satu bulan lebih telah terlewati semenjak kejadian Sakura yang terbaring sakit karena stress berlebih yang disebabkan oleh pertemuan tak terduganya dengan mantan kekasihnya. Wanita itu sudah lebih baik sekarang. Karin tak pernah mau membicarakan pria itu dengannya. Dan lagi, Karin juga sedang sibuk dengan acara pamerannya yang sebentar lagi akan diadakan. Jadi, selama dua minggu ke belakang, Sakura hampir setiap hari membawa Sarada saat ia bekerja karena ia tak bisa meninggalkan anaknya sendiri di rumah.

Seperti hari ini, Sarada kembali ikut dengannya ke rumah Sasuke dan gadis kecil itu sudah hampir hafal apa yang harus mereka lakukan seharian selama menunggu Sasuke pulang. 

Sarada menghampiri ibunya yang sedang membersihkan ruang tengah dengan penyedot debu. "Mama, Sarada udah selesai beresin tempat tidurnya," lapor gadis kecil itu. Dia menatap ibunya dengan penuh permohonan. Sakura yang melihat itu menghela napas lalu berkata, "Oke, Sarada boleh makan es krim."

Seruan girang Sarada memenuhi ruangan. Gadis kecil itu berlari menghampiri kulkas dan menaiki tangga kecil—yang dibeli Sasuke khusus untuknya—untuk mencapai freezer. Sakura memperbolehkan anaknya makan es krim atau cemilan lainnya jika dia sudah menyelesaikan satu pekerjaan rumah. Itu cukup efektif untuk memotivasinya membantu bekerja.

Menjelang makan siang, Sarada kembali membantunya memasak makan siang di dapur. Anak itu sudah cukup handal sekarang, meskipun dia masih belum bersahabat dengan bawang karena mereka selalu membuatnya menangis dan Sakura selalu menertawakannya.

"Mama, Paman pulang jam berapa?" tanya Sarada, ditengah-tengah kegiatan memasak mereka.

"Nanti malam, Sayang. Kenapa sih kayaknya gak sabar banget ketemu Paman Sasuke."

Sarada mengerucutkan bibirnya. "Paman janji mau bawa pensil warna buat Sarada."

Benar juga, selama hampir dua minggu ini, hubungan Sarada dan Sasuke yang memang sudah dekat sekarang malah semakin dekat dan ia merasa lebih tersingkirkan kecuali saat mereka sudah pulang ke rumah. Dan lagi, pria itu sangat memanjakan Sarada. Sasuke sama sekali tak mendengarkan ucapan Sakura untuk tidak terlalu memanjakan anak itu dan memberikan semua yang dia mau.

Ini membuatnya sedikit terbebani dan kalah karena dibanding Sasuke, Sarada jarang sekali bahkan hampir tak pernah meminta barang macam-macam seperti mainan dan pensil warna—yang sekarang ia minta pada Sasuke—padanya. Entah apa alasannya.

"Mending Sarada main sama Mama dulu sambil nunggu Paman Sasuke pulang. Gimana kalau kita ... main ular tangga?" tawar Sakura pada anaknya setelah mereka pindah ke ruang tengah sehabis makan siang.

"Mau mau!" sahut Sarada semangat.

Sakura mengambil permainan yang baru saja dibeli Sasuke tiga hari yang lalu saat mereka sedang berjalan-jalan dan Sarada ingin memasuki toko mainan.

Sepanjang sore, mereka habiskan untuk menyelesaikan permainan itu. Sakura tertawa ketika ia sedikit lagi sampai garis finish dan Sarada terlihat tak rela. "Wah, kayaknya Mama menang nih," ucapnya mengompori anaknya.

Sarada seketika cemberut. Ia mengocok dadu di tangannya kuat, berharap dapat menyusul ibunya, tapi yang didapatnya malah ia turun karena menginjak blok ular. "Ah, Mama curang! Kenapa Sarada kalah terus kalau main sama Mama?!" katanya kesal.

Sakura tertawa lalu mengusap lembut pucuk kepala anaknya. "Sarada kayaknya harus banyak belajar lagi deh buat ngalahin Mama." Ia tersenyum senang, menunjukkan kemenangannya pada wajah anaknya yang tertekuk dengan pipi menggembung. "Sarada gamau main lagi! Sarada gasuka main ular tangga!" seru anak itu lalu berbaring, menyembunyikan wajahnya pada bantal sofa. 

A Papa For SaradaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant