-32-

2.1K 380 10
                                    

-The Woman's Struggle (3)-

. . .

Sasuke dan Sarada saling menatap lalu tersenyum. "Enak!" ucap mereka bersamaan. Sasuke tertawa kecil. Dan ini kali pertama Sarada mendengar pria itu tertawa, jadi dia berkata, "Paman tertawa!"

"Wah, Paman tertawa!" katanya lagi.

Sasuke menghentikan tawanya. "Kenapa? Aneh ya Paman ketawa?"

Sarada tersenyum lebar. "Enggak kok. Paman jadi lebih tampan kalau ketawa!" jawabnya, membuat Sasuke tersenyum dan mencubit pelan hidung gadis kecil itu.

Sasuke menurunkan Sarada dari gendongannya lalu menuangkan bubur buatan mereka di mangkuk. Sasuke melepas celemeknya, menggantungnya di gantungan. Sarada memaksanya untuk memakai celemek jika ingin memasak, jadi ia terpaksa memakainya. Padahal itu celemek Sakura yang mirip dengan milik wanita itu di rumahnya. Berwarna pink. Tapi yang ini bergambar kucing di tengah-tengahnya, bukan bunga sakura.

"Ayo," ajak Sasuke setelah ia meletakkan mangkuk bubur, sendok dan segelas air diatas nampan.

Ia dan Sarada beranjak menuju kamar Sakura. Sarada membuka pintu kamar ibunya pelan dan membuat cahaya dari luar masuk lewat celah pintu. Sakura yang wajahnya terkena cahaya, mulai menggeliat, tak nyaman. Dan saat mereka berdua duduk disisinya, matanya yang terasa sangat berat terbuka perlahan. "Mama?" panggil Sarada.

Sakura menoleh ke kiri. Samar-samar ia dapat melihat sosok anaknya dan pria disamping Sarada. "Sarada?"

"Bangun, Mama! Sarada sama Paman Sasuke bikin bubur buat Mama!" katanya lagi.

Susah payah Sakura berusaha untuk duduk. Untung saja Sasuke membantunya. "Sasuke-san?" Sasuke bergumam menjawabnya. Sakura memegang kepalanya, keningnya berkerut dalam. Selain mata, kepalanya rasanya berat sekali. Apa ini efek ia terlalu lama tidur?

Perhatiannya teralih ketika Sasuke membuka tutup mangkuk bubur yang dibawanya sehingga makanan itu mengeluarkan aroma harum yang lezat. "Aku dan Sarada membuat ini untukmu. Makanlah. Kau belum makan sejak kemarin," ucap Sasuke.

Benar juga, Sakura bisa merasakan perutnya yang kosong dan lapar. Ia tersenyum lemah. "Terima kasih," katanya pada Sasuke. "Kau bisa makan sendiri?" tanya pria itu. Sakura mengangguk. "Aku cukup kuat hanya untuk mengangkat sendok, Sasuke-san."

Sakura memakan buburnya dalam diam. Setelah hampir setengahnya habis, anaknya bertanya, "Gimana? Enak nggak, Mama?"

Sakura tersenyum. "Enak banget, Sayang. Sarada sekarang mulai pinter masak ya." Sarada tersenyum lebar, menunjukkan gigi putihnya. Tentu saja ia senang dipuji.

"Sarada bisa ambilkan Mama minum lagi? Tolong ya," ucap Sakura, memberikan gelas kosong yang isinya telah tandas olehnya ketika ia sudah selesai makan bubur. Sarada menerima gelas itu dan setengah berlari ke dapur untuk mengambilkan ibunya air.

Sakura mengurut keningnya ketika kepalanya mulai terasa pusing lagi. "Sudah lebih baik?" tanya Sasuke, disampingnya. Sakura menoleh, tersenyum lemah, "Ya, sedikit. Kepalaku masih pusing sih. Mataku juga berat. Sepertinya aku menangis kemarin. Ini terasa bengkak."

Alisnya sedikit mengerut. "Kau tidak ingat?" tanya pria itu.

Sakura menatapnya bingung. "Ya? Ingat apa?"

Tapi Sasuke tak menjawab. Sampai akhirnya Sarada kembali datang membawakan segelas air yang baru untuk ibunya minum. "Terima kasih, Sayang," kata Sakura.

Sakura menyimpan gelas kosong disampingnya. Suara pintu yang dibuka terdengar dari depan diiringi ucapan, "Aku pulang!" Itu Karin. Dan wanita itu langsung menghampirinya di kamar. "Kau ..."

A Papa For SaradaWhere stories live. Discover now