-69-

1.8K 318 6
                                    

-The Daughter's Birthday Party-

. . .

"Selamat ulang tahun Sarada!"

Sarada tersenyum lebar setelah meniup lilin ulang tahunnya. Ia berusia enam tahun sekarang. Ulang tahunnya kembali dirayakan. Apalagi sekarang, ada hadiah yang sangat disukainya. "Papa Sasuke bakal jadi Papa Sarada!" seru Sarada untuk yang kesepuluh kalinya hari itu. Sejak ia bangun tidur pagi ini dan mengetahui kalau Sasuke telah melamar Sakura, Ibunya, Sarada senang bukan main. Akhirnya Sasuke akan menjadi ayah resminya. Sarada terus menerus mengatakan itu hingga semua orang tahu dia akan mengatakan apa setiap kali bertemu.

"Sarada seneng banget ya Papa Sasuke jadi Papa Sarada?" tanya Kizashi. Sarada mengangguk dengan semangat. Ia menjawab pertanyaan kakeknya dengan ceria, tanpa tahu ada hati yang merasa sakit karenanya.

Sarada berlari ke arah Sasuke dan Sasuke membawa anak itu ke dalam gendongannya. Sasuke mencium pipi kanan Sarada. "Selamat ulang tahun ke-6, Sarada."

"Makasih, Papa," balas Sarada sembari memeluk Sasuke. Mereka benar-benar terlihat seperti ayah dan anak sungguhan. Semua yang melihatnya pasti akan berpikir begitu. Tidak akan ada yang tahu kalau ternyata Sarada bukan anak kandung Sasuke karena fisik mereka bahkan telihat mirip.

"Jadi, kau akan menikah dengan Sasuke, eh?" Naruto mendekati Sakura yang sedang memperhatikan kekasih dan anaknya.

"Kurasa begitu."

"Apanya yang kurasa begitu. Aku capek-capek menyiapkan kejutan untukmu, tapi kau malah menggagalkannya," gerutu Naruto dengan bibir yang dimajukan karena kesal mengingat kerja kerasnya sia-sia.

Sakura tertawa kecil. "Kenapa jadi salahku? Harusnya kau salahkan Sasuke-kun yang ada di luar tengah malam."

Naruto hanya semakin memanyunkan bibirnya lalu matanya melirik seseorang yang baru yang berdiri tak jauh dari mereka saat ini. "Ngomong-ngomong, kenapa kau mengundang Sai kemari? Apa kalian sedekat itu sampai kau mengundangnya?"

"Kenapa? Apa kau tak suka aku mengundangnya?"

"Katanya akhir-akhir ini Sai dekat dengan Sarada. Dia suka mengajarinya menggambar. Apa gara-gara itu?" Benar juga, Naruto tidak tahu kalau Sai adalah ayah kandung Sarada.

"Ya. Tapi bukan hanya karena itu ... bagaimana aku menjelaskannya padamu ya ..."

Naruto langsung menatap Sakura penasaran. "Apa, ada apa?"

"Ceritanya panjang, Naruto ..."

"Aku sangat luang hari ini hingga lusa nanti, jadi kau bisa bercerita sepanjang apapun itu, Sakura. Jangan khawatir." Naruto menatapnya antusias dan penuh harapan, dan itu sangat membebaninya.

"Tapi janji satu hal dulu padaku, jangan marah?"

Naruto menaikkan sebelah alisnya tidak mengerti, tapi ia tetap mengangguk. "Baiklah, aku tidak akan marah. Jadi?"

Sakura membawa Naruto ke taman di belakang rumahnya. Ada ayunan dengan kapasitas dua orang disana dan mereka duduk disana sebelum Sakura mulai bercerita. Tentang Sai, dirinya dan Sarada. Naruto sama sekali tak menyela. Ekspresinya berubah beberapa kali. Dari yang awalnya bingung, terkejut, sedih hingga marah.

"Kau bercanda kan?" tanya Naruto setelah Sakura selesai bercerita. Sakura tidak menjawab dan Naruto menghembuskan napas panjang sambil menyandarkan dirinya pada ayunan yang bergoyang pelan. "Selama ini kau menderita dan aku tidak tahu? Apa kau menganggapku teman, Sakura? Kenapa tidak memberitahuku sama sekali?! Kita berteman bukan hanya sebulan dua bulan, tapi sudah lebih dari 10 tahun!"

A Papa For SaradaWhere stories live. Discover now