-51-

2.2K 371 24
                                    

-A Guy Name Utakata-

. . .

Sakura berjalan ke halaman belakang rumahnya. Ada Sarada yang sedang duduk di depan kanvas berukuran sedang dengan pallete cat di tangannya. Dia memakai topi baret yang membuatnya semakin terlihat seperti seniman. Jangan lupakan cat akrilik yang berserakan di bawahnya.

"Anak Mama lagi apa nih?"

Sarada menoleh, tersenyum lebar. "Melukis! Bagus nggak, Ma?"

Sakura mencoba memahami lukisan anaknya. "Apa Sarada lagi ngelukis langit?"

"Iya! Kemarin Bibi Karin ngajarin Sarada cara ngelukis awan. Bibi Karin bilang, kalau matahari terbenam bagus dilukis."

Sakura tersenyum. "Bagus banget, Sayang. Kayaknya Sarada nanti besar bisa jadi kayak BIbi Karin nih." Sarada tersenyum lebar. Pipinya yang putih kini berubah merah merona. Tentu saja, dia senang dipuji seperti itu.

Gadis kecil itu mengambil tube cat warna putih, tapi tak ada cat yang keluar. Keningnya mengerut. "Catnya abis," katanya murung.

"Mau Mama ambilin di rumah Bibi Karin? Kayaknya ada lagi disana," tawar Sakura. Sarada mengangguk. Ia lalu memilih mengambil warna lain dan kembali melanjutkan kegiatan melukisnya.

Sakura menghampiri Karin yang masih asik menonton drama. "Apa di rumahmu masih ada cat akrilik? Sarada kehabisan cat."

"Hm. Ambil saja di studio," jawab Karin tanpa menoleh.

Sakura langsung pergi ke rumah Karin, mencari barang yang di maksud. Ia sedang mencari dan memilih kira-kira warna apa yang habis lagi disana ketika seseorang memencet bel dan berdering dengan nyaring ke seluruh penjuru rumah. Sakura mengambil beberapa cat akrilik dengan asal lalu bergegas membuka pintu. Seorang pria jangkung dengan wajah datar berdiri disana.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Sakura karena pria di depannya tak kunjung berbicara.

"Apa benar ini rumah Karin Uzumaki?"

Apa dia kenalan Karin? "Ya, benar. Anda datang untuk menemui Karin? Dia ada di rumah saya, disamping. Silahkan masuk dulu. Biar saya panggilkan Karin kemari."

Sakura menggeser badannya, mempersilahkan pria itu masuk dan duduk di ruang tamu. "Tolong tunggu sebentar," katanya lagi sebelum pergi, kembali ke rumahnya.

"Hei, ada yang mencarimu," kata Sakura pada Karin.

Karin mengerutkan kening. "Siapa?"

"Tidak tahu. Cepat temui dia. Aku sudah menyuruhnya menunggu di ruang tamu."

"Kau tidak salah kan, Saku? Aku kedatangan tamu?"

"Ya. Apa itu aneh?"

Karin berdiri dari duduknya. "Tentu saja aneh! Tidak ada yang tahu rumahku disini kecuali kau, Naruto dan yang lain—kau tahu siapa. Siapa dia?!"

"Aku tidak tahu, Karin. Dia bertanya apa ini rumahmu, itu artinya dia mau menemuimu. Jadi, cepat temui dia. Dan ganti dulu bajumu sebelum kesana atau kau terlihat seperti akan menggodanya dengan penampilan seperti itu." Sakura memperhatikan Karin dari atas ke bawah yang hanya memakai tank top kebesaran dan celana pendek sepaha. Jika dia berdiri, dia bahkan tidak terlihat seperti sedang memakai celana karena bajunya menutupi itu.

Karin berdecak kesal, tapi tetap mengikuti perintah Sakura—mengganti bajunya menjadi baju kaos lengan pendek dan celana jeans selutut. "Tunggu, jangan bilang dia laki-laki?" katanya, baru menyadari perkataan Sakura sebelumnya setelah ia keluar dari kamar dan bermaksud untuk menjepit rambut panjangnya.

A Papa For Saradaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن