-1-

7.5K 603 57
                                    

-The Woman and The Man-

. . .

"Sakura!"

Sakura melambaikan tangannya. Tersenyum melihat temannya yang menghampiri. "Tumben sekali kau telat," katanya.

Sakura menata rambutnya, memakaikan jepit di sisi kanannya. "Aku harus menidurkan Sarada. Dia tidak mau tidur dengan Karin." Ia menghela napas.

Deidara menatap prihatin. "Aku jadi rindu Sarada rasanya. Kapan-kapan aku main ke rumahmu ya!" ucapnya antusias.

Sakura tertawa kecil lalu mengangguk. "Tentu! Ayo kembali bekerja sebelum boss marah padamu!" Ia mengusir Deidara di akhir kalimatnya. Membuat pria itu cemberut lalu pergi, kembali bekerja.

Sakura membersihkan meja bar, membersihkan juga menata gelas. Dia adalah seorang bartender di sebuah kelab malam di Tokyo. Tak biasanya bukan ada seorang bartender perempuan di kelab malam seperti ini? Sebenarnya Sakura cukup beruntung karena pemilik kelab ini adalah teman perempuannya. Jadi, ia cukup mudah diterima disini.

Tadinya Sakura bahkan sempat berpikir untuk menjadi wanita penghibur, tapi rasanya itu tidak baik mengingat dia sudah punya seorang anak sekarang. Apa yang akan dikatakan anaknya nanti kalau tahu bahwa dia mendapat uang dari pekerjaan seperti itu? Sarada pasti kecewa sekali padanya. Ia bahkan tidak bisa membayangkan itu.

Sakura biasanya bekerja mulai dari jam 10 malam hingga pagi menjelang. Pagi-pagi, pekerjaannya adalah membereskan seluruh pekerjaan rumah. Ia akan tidur di siang hari bersama Sarada saat waktunya anak itu tidur siang. Berbelanja sambil bermain saat sore hari hingga malam. Menidurkan Sarada saat jarum jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan bersiap-siap bekerja ketika anaknya itu sudah tidur.

Untungnya Sarada bukan tipe anak yang rewel. Ia tahu kalau ibunya bekerja setelah ia tertidur. Jadi, saat malam jika Sarada terbangun sendiri dan tak ada siapapun di rumahnya, ia akan berusaha menelpon Karin -tetangga di samping rumahnya- untuk menolongnya jika ia butuh sesuatu. Anak itu baru berumur 4 tahun, tapi pemahamannya terhadap segala sesuatu termasuk cepat. Sarada anak yang pintar. Dia cepat belajar dan beradaptasi. Mudah mengerti jika diberitahu dan tentu saja anak yang ceria.

Sakura tersenyum mengingat anaknya di rumah. Padahal mereka baru berpisah dua jam yang lalu, tapi rasanya ia sudah rindu sekali pada anaknya dan ingin cepat-cepat pulang ke rumah.

Sakura menggelengkan kepalanya. Dia harus bekerja! Ini juga demi kebutuhan Sarada dan dirinya kan! Ayo semangat! Ucapnya dalam hati lalu menghampiri salah seorang lelaki yang memanggilnya.

"Aku minta beer," katanya. Sakura mengangguk lalu menyiapkan pesanan laki-laki tadi. Ia tersenyum, menaruh segelas besar beer dihadapan pria itu. "Silahkan minumannya, Tuan."

Sakura kembali menyiapkan pesanan minuman yang lain setelahnya. Ia melirik pria yang tadi. Wajahnya asing. Aku tak pernah melihatnya, batinnya. Sakura hampir mengenal pelanggan setia yang selalu datang kemari. Contohnya orang yang baru saja datang dan duduk dihadapannya saat ini.

"Hai, cantik." Orang itu mengedipkan sebelah matanya menggoda.

Sakura tersenyum manis sebagai balasannya. "Hai, Tampan. Ingin sesuatu?"

"Tentu saja. Seperti biasa."

"Baiklah," jawabnya lalu mengambil gelas untuk membuat minuman baru.

"Bagaimana kabar Sarada, Sakura-chan?" tanya orang itu ketika Sakura memberikan pesanannya.

"Dia baik. Sepertinya Sarada merindukanmu, Sensei. Katanya, dia ingin belajar menggambar lagi denganmu." Sakura tertawa kecil mengingat anaknya yang merengek minta bertemu pria di depannya beberapa hari belakangan.

A Papa For SaradaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora