-52-

2.2K 397 75
                                    

-The Daughter's Papa-

. . .

Sai menghela panjang napasnya sebelum mulai berbicara.

"Aku tahu kau tidak akan bisa memaafkanku, tapi tak bisakah kau menerimaku untuk menjadi ayah bagi Sarada? Aku ayah kandungnya, Sakura. Kumohon. Setidaknya aku ingin mencoba menjadi ayah yang baik bagi anakku, anak kita."

Sakura bergeming. Ia melipat tangannya di dada, saling meremas satu sama lain. Mendengar Sai mengucapkan kalimat itu, membuatnya sedikit terenyuh. Dan sekarang lidahnya tiba-tiba kelu, tak bisa bergerak.

"Aku memang tidak lebih baik darimu. Aku tahu. Aku meninggalkan kalian. Aku tak menerimanya dan menyuruhmu menggugurkannya. Aku salah—sangat salah. Aku menyakitimu, aku menyakiti Sarada. Kau pasti melihat hidupku sudah enak—mudah, tapi tidak, Sakura. Aku memang memiliki Ino sebagai kekasihku,  tapi aku tidak bisa berhenti memikirkanmu—memikirkan anak kita. Bagaimana keadaanmu, apa anak dalam kandunganmu tumbuh dengan baik, apa kau hidup dengan baik di luar sana. Selama ini aku menyesal, Sakura."

"Aku tahu percuma bagiku untuk memintamu kembali padaku. Aku juga sudah memiliki kekasih, tapi bukan berarti aku ingin lepas dari tanggung jawabku—meskipun aku memang pernah lari darinya. Tapi kali ini aku berusaha untuk tidak lari lagi dan aku ingin menjadi ayah bagi Sarada. Tolong beri aku kesempatan, Sakura. Sarada butuh ayahnya. Kadang-kadang dunia ini kejam pada anak dengan orangtua yang tidak lengkap. Aku tahu rasanya karena aku tidak punya ayah maupun ibu. Kau tahu kan, Saku ..."

Lidah Sakura masih kelu. Ia masih terdiam. Remasan pada kedua lengan atasnya semakin erat. Apa yang harus dijawabnya? Kenapa juga sekarang jadi ia yang terlihat seperti orang jahatnya disini? Seolah dirinya memisahkan Sai dan Sarada secara paksa. Padahal yang ia inginkan hanya hidup tenang tanpa gangguan Sai seperti dulu saat mereka belum bertemu.

Sakura berusaha membuka mulutnya untuk berbicara, tapi saat suara itu akan keluar, suara lain di belakang menginterupsinya lebih dulu.

"Papa?"

. . .

Sasuke menaruh piring terakhir yang selesai dicucinya di rak piring tepat disamping wastafel. Ia mengeringkan tangannya dengan lap tangan dan baru saja akan menyusul Sakura yang masih belum kembali dari luar. Siapa yang datang? Kenapa dia begitu lama? Pikirnya. Tapi perhatiannya teralih oleh Sarada yang berseru padanya, berkata kalau ponselnya di atas meja berdering. Dan itu adalah telfon dari salah satu rekan bisnisnya. Sasuke tidak bisa menutupnya begitu saja. Jadi ia terpaksa mengangkatnya dan menyuruh Sarada untuk memeriksa keadaan Sakura di luar.

Sarada berlari kecil ke arah pintu dan ia menemukan ibunya tengah berbicara dengan Sai disana. Merasakan suasana yang tidak biasa, Sarada memilih untuk diam dan menunggu di ambang pintu, tak enak jika mengganggu keduanya bicara.

"Aku tahu percuma bagiku untuk memintamu kembali padaku. Aku juga sudah memiliki kekasih, tapi bukan berarti aku ingin lepas dari tanggung jawabku—meskipun aku memang pernah lari darinya. Tapi kali ini aku berusaha untuk tidak lari lagi dan aku ingin menjadi ayah bagi Sarada. Tolong beri aku kesempatan, Sakura. Sarada butuh ayahnya. Kadang-kadang dunia ini kejam pada anak dengan orangtua yang tidak lengkap. Aku tahu rasanya karena aku tidak punya ayah maupun ibu. Kau tahu kan, Saku ..."

Ayah?

Kata-kata itu terdengar jelas di telinga mungil Sarada. Sai berkata kalau pria itu adalah ayahnya. Berarti, dia adalah ... Papanya? Papanya yang selama ini menghilang?

A Papa For SaradaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang