-12-

2.6K 394 28
                                    

-The Woman and The Daughter's Birthday House Party-

. . .

Musim semi. Sakura berjalan dengan santai dibawah guguran daun bunga Sakura yang memenuhi kota. Hari ini ia sengaja pergi lebih pagi supaya bisa berjalan saat pergi ke rumah Sasuke. Musim semi begini sayang sekali 'kan kalau tidak dinikmati? Hanya sekali dalam setahun bunga sakura berguguran indah memenuhi kota dengan warna pinknya.

Di musim ini jugalah ia dilahirkan. Mungkin itu kenapa namanya adalah Sakura. Persis seperti bunga kebanggaan Jepang itu. Sakura tersenyum. Bagaimana keadaan ibunya di alam sana ya? Dia pasti baik-baik saja. Bagaimana perasaan ibunya jika ia melihatnya saat ini ya? Bahkan mungkin ibunya selalu melihatnya selama ini. Tentu saja. Ia pasti sedih. Melihat Sakura yang setiap hari berusaha menghidupi dirinya dan anaknya selama bertahun-tahun tanpa seorang pendamping hidup.

Sakura tersenyum lirih. Ia berucap pelan, "Maafkan aku, Ibu ..." Dan setetes air mata lolos dari matanya yang lalu diusapnya dengan punggung tangan.

Terlihat menyedihkan sesekali tak apa 'kan? Selalu berpura-pura kuat rasanya melelahkan.

. . .

"Aku ada meeting siang ini. Setelah selesai aku akan kesana," jawab Sasuke tanpa mengalihkan perhatiannya dari komputer yang ada di hadapannya saat ini.

"Paman, bawa es krim ya!" Itu Sarada. Gadis kecil itu sepertinya memaksa untuk bicara padanya.

Sasuke tersenyum tipis. "Hn. Mau rasa apa?"

"Rasa blueberry! Blueberry!"

"Ya. Nanti Paman bawakan kalau Sarada jadi anak baik."

"Sarada jadi anak baik kok! Sekarang Sarada lagi bikin origami sama Bibi Karin."

"Pintar. Buat yang bagus ya."

"Ya! Dah Paman!" Suara beralih pada Karin. Sarada kembali mengembalikan ponsel wanita itu. "Kalau begitu, kabari aku kalau kau sudah selesai ya, Sasuke-kun. Aku mau menitip sesuatu padamu nanti. Kita kekurangan dekorasi."

Sasuke bergumam sebagai balasannya lalu menutup sambungan telfon sebelum kembali fokus pada pekerjaannya. Ini hari Jum'at. Dan saat ini Sarada dan Karin sedang membuat dekorasi untuk persiapan pesta kejutan ulang tahun Sakura dan Sarada besok. Sesuai dugaannya, seperti namanya, Sakura benar-benar lahir di musim semi. Dia seperti musim semi itu sendiri.

Gadis musim semi.

Hm? Sepertinya ia pernah mendengar julukan itu dulu. Kapan ya? Ah, mungkin cuma bayangannya saja.

Ino masuk dengan membawa beberapa berkas di tangannya. "Pak, meeting akan dimulai sepuluh menit lagi."

"Apa mereka sudah datang?"

"Sudah semua."

Sasuke beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan mendahului Ino. "Hn. Ayo."

. . .

Sabtu, 28 Maret

Sarada melambaikan tangannya mengiringi kepergian ibunya yang pergi bekerja. Ia sama sekali tak mengucapkan selamat ulang tahun. Belum. Maka dari itu, pesta kejutan ulang tahunnya untuk Sakura harus berhasil.

Sarada berlari ke rumah Karin, membangunkan wanita itu yang masih setia dalam tidur lelapnya. "Bibi bangun! Mama udah pergi!"

Karin mengerang dalam tidurnya ketika ia merasa terganggu. Sarada terus menggoyangkan badannya sampai wanita itu sepenuhnya terbangun dan terduduk sambil mengucek matanya yang masih sedikit berat karena semalam ia hampir begadang untuk melukis. "Sakura sudah pergi?"

A Papa For SaradaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt