-20-

2.4K 334 6
                                    

-That Man And The Woman's Friend-

. . .

Sasuke terdiam. Hari ini ia jadi banyak melamun memikirkan ucapan Sakura dua hari yang lalu padanya.

Ia mengerti maksud wanita itu. Sakura berharap dirinya dan Ino kembali berbaikan. Tapi hanya mengucapkan maaf saja rasanya sulit sekali. Dua kata "maafkan aku" itu hampir tak pernah keluar dari mulutnya. Ia belum pernah mengucapkan maaf lebih dulu pada seseorang.

Ino bersikap lebih dingin semenjak kunjungannya ke rumah Sasuke dua hari yang lalu. Gadis itu benar-benar merubah sikapnya total. Dan ia merasa tidak nyaman. Ini menyebabkan banyak pekerjaannya tertunda. Ini tidak baik. Sasuke harus meminta maaf, tapi bagaimana caranya? Ah, ia benar-benar tidak ahli dalam urusan seperti ini.

"Siang ini anda ada pertemuan dengan direktur Uzumaki Inch jam 2. Lalu rapat dengan kepala divisi jam 3:30." Ino menuturkan jadwal Sasuke. Matanya tak lepas dari tablet yang ada di tangannya. Gadis itu terlihat serius.

Sasuke terdiam, tak menanggapi ucapan sekretarisnya. Matanya lurus menatap komputer yang ada di hadapannya. Tapi pikirannya tak memikirkan apa-apa.

"Pak?"

Sasuke terkesiap. "Apa anda mendengarkan saya?" tanya Ino lagi.

Ia melirik Ino sebentar sebelum menutup matanya lalu mengerut pangkal hidungnya pelan. "Hn."

Ino terdiam sebentar. Ia membuang napas pelan lalu melangkahkan kaki keluar ruangan. Gadis itu menyeduh teh aromaterapi yang biasa diberikannya ketika Sasuke sedang pening. Lima menit kemudian ia kembali memasuki ruangan Sasuke tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Ino meletakkan cangkir teh itu di hadapan Sasuke sehingga aroma harumnya sampai pada indera penciuman pria itu.

Sasuke membuka matanya. Ia menoleh pada Ino yang ternyata juga sedang menatapnya. "... Terima kasih ..."

"Anda terlihat tidak baik sejak kemarin," kata gadis itu. "Jangan terlalu banyak bekerja, Pak. Anda selalu memaksakan diri."

Ino berbalik. Ia hendak keluar dari ruangan Sasuke, tapi suara pria itu menghentikan langkahnya. "... Maafkan aku ..." Itu hanya bisikan kecil, tapi ia bisa mendengarnya dengan jelas di ruangan yang tak ada siapapun disini selain mereka.

Ino melirik pria itu lewat bahunya. Sasuke berpaling ketika tatapan mata mereka bersitubruk. Sedikit semburat merah terlihat di pipinya.

Seorang Sasuke Uchiha meminta maaf? Sangat langka. Ino tersenyum sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan ruangan Sasuke.

. . .

Karin mendesah panjang. Ia meregangkan punggungnya yang terasa pegal karena sejak tiga jam yang lalu dirinya terduduk di depan meja kerjanya tanpa sempat berdiri. Seperti biasa, ia melupakan deadline pekerjaannya hari ini dan editornya tak berhenti menghubunginya untuk bertanya sudah sampai mana pekerjaannya itu selesai.

"Bibi, Sarada lapar." Sarada menghampiri Karin yang kembali memfokuskan dirinya pada layar iPad di hadapannya. Wajah wanita itu terlihat lelah dengan mata yang berkantung dan sedikit memerah juga rambut yang berantakan karena tak disisir sejak pagi. Karin bahkan belum mandi hari ini. Singkatnya, wanita itu terlihat mengerikan.

Karin menoleh, melihat Sarada yang cemberut sambil memegangi perutnya. Gadis kecil itu sudah selesai menggambar. Ia sudah mengisi dua lembar penuh halaman buku gambar ukuran A4-nya.

Karin melihat jam di layar iPadnya. Sudah jam 3 sore. Apa ia melewatkan makan siang? "Kita belum makan siang ya?" tanyanya membeo pada Sarada yang dijawab dengan tekukan wajah gadis kecil itu. Ah, sepertinya ia lupa makan karena terlalu fokus bekerja. Karin menghampiri Sarada, mengusap pelan pucuk kepalanya. "Maaf maaf. Bibi buatkan pasta sekarang. Sarada mau? Fettucini."

A Papa For SaradaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang