34. Calon Ayah

7K 816 108
                                    

Happy Reading

🍦🍦

"Gak usah pergi, sini aja."

"Aku mau cuci muka dulu, nanti–"

"Enggak. Sini aja."

Langit menghela napas, dia kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Thea tersenyum senang, dia langsung mendekat ke arah Langit. Tubuhnya langsung di peluk oleh sang suami.

"Kamu sejak hamil lagi makin males ya, bukan makin santai." Langit menggerutu pelan.

Thea terkekeh kecil, dia meletakkan wajahnya di ceruk leher Langit. Dengan iseng dia mengecup basah leher Langit, tidak lupa meninggalkan jejak kemerahan disana.

"Thea, gak usah main-main. Masih pagi."

"Hujan kak, enak kayaknya."

Langit memutar bola matanya malas mendengar jawaban ajaib dari Thea. Lama-lama Thea makin mirip dengan Papanya. Beruntunglah karena dia bukan pihak penerima.

"Thea."

Semakin di cegah, Thea malah semakin gencar melakukannya. Bintang yang tidur di kamar Mark dan pintu kamar mereka yang terkunci di tambah hujan yang mengguyur bumi dengan deras seolah semakin mendukung kegiatan yang mungkin di inginkan Thea?

Atau, hanya iseng saja?

"Aku udah bilang 'kan, jangan main-main." Langit membalikkan tubuhnya menjadi di atas tubuh Thea. Kedua tangan istrinya ia tahan menggunakan kedua tangannya.

Thea terkekeh, dia menaikkan kepalanya, mengecup bibir Langit sekilas.
"Padahal cuman main-main," Thea melihat beberapa tanda merah yang tadi ia buat di leher Langit.

Langit tersenyum tipis, dia menautkan jari-jarinya di jari Thea. Kepalanya menunduk, mencium bibir Thea dengan pelan. Tubuhnya ia tahan agar tidak menindih Thea, Langit masih mengingat kalau dia akan mendapatkan anak keduanya.

Saat Langit melepaskan tautan jarinya, Thea langsung melingkarkan kedua lengannya ke leher Langit. Menariknya agar ciuman itu semakin dalam.

Kedua tangan Langit tidak tinggal diam, sebelah tangannya menopang tubuhnya sedangkan tangan yang lainnya mengelus leher Thea lalu turun. Memainkan kancing piyama yang di kenakan perempuan mungil di bawahnya.

Kancing piyama Langit lepaskan satu persatu. Dan saat semuanya sudah terlepas, telapak tangan Langit langsung mengelus perut Thea yang sedikit membuncit. Sepertinya ucapan Mars benar, Thea tengah hamil anak kembar.

Tapi sudahlah, ujung-ujungnya Thea juga pasti akan memaksa Mars untuk menikahi Melody secepatnya.

Langit menjauhkan wajahnya, menatap wajah Thea yang memerah sebentar lalu dia mencium leher Thea. Meninggalkan jejak kemerahan cukup banyak di sana. Dia dengan sengaja tidak melepas bra yang di pakai oleh Thea.

Thea gemas, dia meremas rambut Langit pelan. "Kak~" suara Thea terdengar merengek.

Langit terkekeh, tangannya belum berhenti mengelus perut Thea dan bibirnya belum berhenti membuat tanda kepemilikan. Langit suka melihatnya.

Ciuman Langit semakin turun ke atas perut Thea. Thea tidak dapat mengartikannya, tapi sepertinya Langit senang dengan kehadian buah hatinya yang kedua.

BAD LUCK? (✔)Where stories live. Discover now