15. Suami Idaman?

7.1K 1K 145
                                    

Happy Reading
***

"Ck! Ini beneran?"

Thea membuka bungkus coklat yang ada di tangannya dengan cepat, gadis itu bahkan tidak peduli jika mejanya kotor karena sampah bungkus coklat.

"Tebakan gue sama Mars bener dong?!" Thea menggerutu, dia berdecak kesal saat dia hanya melihat coklat saja. "Gue kira di dalemnya ada apa gitu, tau gini gak gue buka tadi. Biarin makan di rumah."

Thea mendudukkan tubuhnya ke atas kursinya. Kedua matanya menatap keliar jendela kelasnya yang menghadap dengan gerbang sekolahnya. Thea menggigit coklat batangan itu dengan kesal, mood nya berubah lagi.

Wajah Thea berubah pias, perutnya terasa bergejolak tidak enak. Thea bangkit lalu sedikit berlari menuju kamar mandi. Coklat yang ia makan, ia buang begitu saja.

"Gak bisa makan coklat 'kan gue." Thea menggerutu, dia menatap pantulan wajahnya di cermin. Wajahnya terlihat pucat, tangan kanannya mengelus perutnya sendiri. "Beb, kalo mau makan jangan pilih-pilih dong. Mama kamu ini doyan makan."

Thea menghela napas, dia membasuh mukanya. Kran yang sedari tadi menyala ia matikan. Perutnya belum terasa baik-baik saja, mungkin dia akan pergi ke ruang kesehatan saja dari pada pergi ke kelas yang membuat dirinya makin mual. Thea benci belajar sekarang.

Benci belajar? Sepertinya ada yang salah dengan kata-kata itu. Sejak kapan Thea benci belajar? Sejak dulu saja dia dapat nilai pas-pasan tidak seperti Mars yang selalu mendapatkan nilai bagus.

Kedua bahunya ia angkat dengan acuh, dia berjalan keluar kamar mandi. Prinsip Thea, walaupun nilainya pas-pasan yang penting lulus. Gak perlu juara, sudah ada Mars yang mewakilkan.

Thea mendesah pelan saat punggungnya merasakan kasur empuk di perpustakaan. Entah siapa yang meletakkannya, tapi sangat cocok di gunakan sebagai alasa untuk tidur Thea.

Gadis itu membuka ponselnya, mengetikkan sederet pesan untuk Mars kalau dia izin di UKS. Mars memang selalu dapat di andalkan.

Tangannya merogoh saku seragamnya, dia tersenyum saat merasakan adanya airpods disana. Thea mengambilnya lalu memakainya. Ngegalau lewat Spotify nanti kalo iklan buat Thea kesal.

Ponselnya ia letakkan dengan asal, dia memejamkan kedua matanya. Menikmati alunan musik yang mengalun pelan di telinganya. Thea itu tipe orang yang akan berfikir berlebihan tentang apa yang membuatnya berfikir.

Contohnya tentang Nancy. Dia juga tidak mau seperti ini, jika di perhatikan Nancy itu menyukai Langit. Tapi, Thea tau kalau rasa obsesi wanita itu lebih besar dari pada rasa sukanya. Thea tidak sesantai yang terlihat.

Pintu UKS terbuka dengan perlahan, Langit yang awalnya akan mengambil obat luka untuk temannya terhenti saat melihat istrinya tengah memejamkan matanya dengan ekspresi damai.

Langit tersenyum, dia melangkah mendekat lalu mendudukkan tubuhnya di sebelah Thea. Kedua tangan gadis itu berada di atas perutnya seolah melindungi nyawa yang hidup di sana.

"Gimana gak suka?" Langit bergumam, "Sejak dulu ketemu di warung nasi goreng, kamu gak berubah ya? Tetep pedes ngomongnya."

Langit bangkit, dia mengambil bantal yang ada di atas brankar UKS. Dia berjongkok di sebelah Thea, perlahan tangannya mengangkat kepala Thea dengan pelan-pelan. Setelahnya, dia meletakkan bantal di bawah kepala Thea.

BAD LUCK? (✔)Kde žijí příběhy. Začni objevovat