12. Bucin

8.1K 998 164
                                    

Happy Reading
***

"Kak, hey! Kakak,"

Thea menepuk pelan pipi Langit yang masih tertidur dengan lelap. Dia tidak terganggu sama sekali, masih asik menikmati alam mimpinya.

Sekali lagi, Thea menepuk pipi Langit bahkan mencubitnya. Langit mengerang pelan, dia menjauhkan tangan Thea lalu berbalik memunggunginya.

Thea berdecak pelan, dia mendudukkan tubuhnya di sebelah Langit. Dia menyenderkan punggungnya, percuma menyalakan televisi, Thea tidak mengerti dengan bahasanya. Lagi pula, dia ingin menonton apa?

Tok..tok

Kepala Thea menoleh kearah pintu, gadis itu bangkit lalu berjalan menuju pintu kamar hotelnya. Dia memutar kunci lalu membukanya, "Oh, Mama? Kenapa Ma?"

"Kamu belum sarapan 'kan? Ayo turun, kita sarapan sama-sama." ajak Zeline.

"Thea bangunin kak Langit dulu. Nanti kita kesana." jawab Thea sambil tersenyum.

Zeline memberikan senyum dan tatapan yang hanya Zeline tau artinya. Wanita itu mengelus kepala Thea dengan lembut.

"Kamu gak pernah masalah dengan ini?" tanya Zeline, Thea mengernyit.

"Maksud Mama?" tanya Thea bingung.

"Kamu itu anak perempuan satu-satunya Mama. Kamu masih suka main, gak terlalu suka sama anak kecil. Tapi, kamu malah mau jadi Mama muda. Mama khawatir." jelas Zeline, dia meremas kedua tangan Thea dengan erat.

Thea tersenyum, dia mengelus punggung tangan Zeline menggunakan Ibu jarinya. "Mama gak usah khawatir, Thea pasti bisa kok. Tapi, Mama harus bantuin Thea."

Zeline mengerjap pelan, dia menghembuskan napasnya perlahan. "Apapun buat Putri Mama."

"Ya udah, Thea bangunin kak Langit dulu. Nanti Thea sama kak Langit kesana. Kalo kelamaan, Mama sama lainnya makan duluan." ujar Thea yang mendapatkan anggukan dari Zeline.

Zeline melirik Langit yang memang tidurnya menghadap pintu. Wanita itu tersenyum, "Kok Langit ganteng sih? Mama–"

"Kak Zeline ngomong gitu lagi, aku kunciin di dalem kamar." ancaman dari Leon memotong ucapan Zeline.

Zeline meliriknya sinis, "Itu menantu kamu Leon."

"Terus?" Leon menaikkan sebelah alisnya. "Gak ada bedanya. Sama-sama cowok lain."

Zeline berdecak pelan, "Cemburuan, posesif, childish. Untung ganteng, kalo enggak–"

"Banyak omong, ayo turun." Leon melingkarkan tangan kirinya di perut Zeline, menariknya menjauhi dari kamar Thea dan Langit. "Papa tunggu di bawah, jangan kelamaan. Anak kamu masih butuh makan."

"Iya Pa," jawab Thea lalu menutup pintu kamarnya. Dia kembali berjalan menuju kearah Langit. "Kak Langit, bangun. Thea laper."

Seperti mantra, kedua mata Langit langsung terbuka. Dia menatap wajah Thea dengan senyumnya. Thea membalasnya, "Bangun, terus mandi. Thea udah siapin bajunya di dalem kamar mandi."

Perlahan, tubuh Langit bangkit. Dia duduk di depan Thea dengan kepala yang mendongak. "Aku gak akan mandi lama."

"Oke."

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BAD LUCK? (✔)Where stories live. Discover now