9. Suka?

8.2K 1K 171
                                    

Happy Reading
***

"Kalau Mama tidak setuju, aku tidak masalah." ujar Langit santai, dia memegang sendok makannya dengan erat. "Bagaimana pun juga, dia tengah hamil anakku."

"Kenapa kamu hamilin perempuan lain, sedangkan jelas-jelas ada Nancy di depan kamu, Langit." ujar sang Mama geram, "Kau akan menikah–"

"Aku tidak akan pernah menikah dengannya, aku hanya akan menikahi Thea." Langit memotong, "Hanya Thea yang pantas menikah denganku."

Wanita yang melahirkannya itu tampak marah, "Mama tidak akan setuju kamu menikah dengannya."

"Memangnya aku peduli? Mama aja gak pernah setuju dengan keputusanku, jadi buat apa aku setuju dengan keputusan Mama?" tanya Langit, pandangannya terlihat menajam. "Mama tau, aku bukan boneka yang bisa Mama kendalikan."

Langit meletakkan sendoknya sedikit kasar ke atas piring, dia bangkit. "Aku pergi."

Bumi ikut bangkit, dia menarik tangan istrinya lalu menyusul Langit. "Langit."

Langkah Langit terhenti, dia menatap sang kakak dengan pandangan bertanya. Hanya Bumi yang benar-benar tau tentang dirinya.

"Biar kakak yang ketemu sama orang tua Thea."

Langit tersenyum mendengarnya, dia mengangguk. "Beneran?"

"Iya," Bumi tersenyum. "Jam berapa ketemunya?"

"Pulang sekolah, nanti biar kesananya sama-sama aja." jawab Langit dengan senyum yang tidak luntur sama sekali.

"Kamu gak usah khawatir, kalo orang tua Thea tanya kenapa Mama Papa gak dateng, biar kita yang cari alasan." ucapan Bella membuat Langit kembali tersenyum lebar.

"Kalian emang kakak idaman."

Sementara itu, di ruang makan.

"Pa,"

"Apa sih Ma? Biarin aja lah Langit nentuin pasangannya sendiri."

"Ya tapi Pa, Mama cuman pengen Langit nikah sama Nancy. Bisa malu Mama kalo batal nikah sedangkan Mama udah bilang ke temen-temen."

"Itu sih salah Mama sendiri."

"Papa kok gitu? Pokoknya, Mama gak akan biarin Langit nikah sama perempuan selain Nancy."

Papa menatap istrinya, dia menggeleng. "Ternyata bener ya, Mama emang egois. Dari dulu gak pernah berubah. Seenaknya aja."

***

"Lagi ngapain lo?" tanya Thea saat melihat adiknya begitu fokus dengan ponselnya.

Mars yang duduk di depan keduanya menoleh menatap Mark, adiknya itu terlihat senyum-senyum sendiri dengan ponselnya.

"Punya pacar ya lo?" tuduh Mars membuat yang di tuduh langsung menatapnya.

"Boleh gitu gue pacaran?" tanya Mark, dia tersenyum getir. "Banyak yang suka sama gue, tapi gue tolak semuanya."

"Kenapa emang? Pasti yang suka sama lo cabe-cabean semua kan?" tanya Thea, bakso yang tinggal sedikit tidak Thea habiskan. Dia lebih memilih mengintrogasi adiknya.

"Jaman sekarang, masih ada cabe-cabean?" tanya Mars bingung.

"Ya gak tau sih, emang julukan selain cabe-cabean apa?" tanya Thea yang sama-sama bingung.

BAD LUCK? (✔)Where stories live. Discover now