27. Tentang Adek

6.6K 887 75
                                    

Happy Reading
🍑🍑

"Kadang, apa yang kita lihat bukan seperti fakta yang sebenarnya."

Kalimat itu mungkin cocok untuk menjelaskan siapa Mark Anthony Zidni yang sebenarnya. Cowok berusia 18 tahun yang kelewat bucin sama Elsa itu tidak seceria yang terlihat.

Mark yang bobrok, gak bisa diem kadang kalo ngomong juga asal jeplak. Walaupun begitu, sebelum dia berbicara dia tau resiko apa yang akan ia dapatkan. Menyinggung perasaan orang lain sering Mark lakukan. Tapi, apa yang Mark katakan itu fakta, bukan kebohongan yang sengaja ia ucapkan.

Bukan hanya orang yang di singgung Mark yang mendapatkan dampaknya. Mark juga ikut merasakan dampak apa yang ia ucapkan. Saat malam harinya, dia selalu menyalahkan dirinya karena berbicara terlalu kasar pada orang lain.

Bukan hanya menyalahkan dirinya saja, Mark akan berakhir tidak bisa tidur. Sesekali dia akan menggigit jarinya sendiri sampai dia tidak sadar kalau jarinya terluka.

Perubahan mood Mark memang sangat ekstrim. Jika bersama keluarganya, mungkin tidak ada Mark yang pendiam, hanya ada Mark si mood booster keluarganya. Tingkahnya yang ajaib membuat hampir seluruh keluarganya Mark akan tetap baik-baik saja dan berpikir kalau bungsu Zidni itu sudah sembuh.

"Mark, gue pul–"

Eca yang baru membuka pintu kamar Mark tertegun, dia mencengkram handle pintu dengan erat. Semalam, dia memilih untuk menginap di rumah keluarga Zidni. Pagi ini, dia memutuskan untuk pulang, tapi saat dia akan berpamitan pada Mark, dia malah melihat cowok yang lebih muda setahun darinya itu tengah mengobati luka yang ada di lengan kirinya.

Mark menoleh, dia menatap Eca yang berdiam diri di ambang pintu. Mark tersenyum, dia buru-buru membereskan kotak obatnya. "Lo mau pulang? Bentar dulu."

Eca memperhatikan gerakan Mark, cowok itu mengambil hodie miliknya lalu langsung memakainya. Mark mengambil kunci motornya, lalu berjalan mendekati Eca.

"Ayo–"

"Mark." Eca memotong, dia memegang lengan kiri Mark dengan erat dan tanpa sadar dia menekan lukanya.

Mark meringis pelan membuat Eca langsung menjauhkan tangannya. Gadis itu menatap wajah cowok di depannya dengan tatapan terluka.

"Ma-maaf.." suara Eca terdengar bergetar. Dia meringsut mundur menjauhi Mark.

Mark tersenyum, dia melingkarkan tangannya di leher Eca lalu menariknya agar mendekat. Kekehan pelan dapat Eca dengar walaupun terdengar getir.

"Lo gak perlu ngerasa takut sama gue," Mark berjalan membuat Eca mau tidak mau ikut berjalan di sebelahnya. "Gue cuman suka nyakitin diri sendiri, bukan suka nyakitin orang lain."

"Mark, lo tuh gak kurang perhatian, kenapa lo gini?" tanya Eca menahan sesak di hatinya.

Mark tersenyum tipis, dia memgelus pipi kiri Eca dengan lembut. "Gak semua orang bisa ngomong apa yang ganggu mereka."

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BAD LUCK? (✔)Where stories live. Discover now