20. Fakta?

6.4K 959 150
                                    

Happy Reading
🍦🍦🍦

Thea turun dari taksi yang mengantarkannya ke gedung apartemen Venus. Gadis itu berlari kecil, lalu menaiki lift.

Jantung Thea berdetak tidak karuan dan keringat dingin membasahi kening dan juga lehernya. Thea benar-benar takut sekarang. Dia tidak dapat berpikir dengan jernih di saat seperti ini. Hal yang di katakan Langit tadi malam, benar-benar mengejutkan untuknya.

Pin apartemen Venus ia masukkan lalu saat pintu itu terbuka, Thea masuk. Di dalam apartemen tidak ada sesuatu yang berubah. Benda-benda milik sahabatnya masih tersusun rapih di dalam apartemen itu.

Pintu berwarna coklat dengan nama Venus di depannya, Thea buka dengan kasar. Sedikit berlari menuju meja belajar sahabatnya. Buku-buku pelajaran ataupun novel yang berada di sana ia pindahkan. Mencari note terakhir yang ia butuhkan.

Di balik kumpulan novel yang tersusun rapih, Thea menemukan sebuah note yang di tulis oleh Venus.

Gue sayang sama lo.
Baik² ya:)

~V

"Bukan ini!" Thea meletakkan note itu dengan asal. Dia benar-benar mengacaukan meja belajar sahabatnya.

Laci meja belajar ia buka, melihat isinya yang hanya beberapa buku kecil yang biasa Venus gunakan untuk menulis sesuatu. Dia mengacaknya, membuka satu persatu buku itu berharap dia menemukan sesuatu.

Gerakannya terhenti saat punggung tangannya menabrak langit-langit laci. Dia berkedip sekali, lalu mengambil note yang tertempel di sana.

Tangannya bergetar, kedua matanya memanas melihat nama yang tertulis di sana. Tubuh Thea melemas, dia jatuh terduduk di atas lantai dengan tangan bergetar.

Langit tidak berbohong?

Thea merasakan hatinya berdenyut sakit, dia membiarkan bulir-bulir air mata membasahi wajahnya. Thea terisak pelan, note itu ia remas dengan perasaan campur aduk.

"Ve, kenapa lo gak bilang ini sejak dulu?" Thea menekuk kedua kakinya, dia menunduk, menyembunyikan wajahnya di sana. "Gue ngerasa jadi sahabat yang jahat buat lo. Gue ngerasa gagal jadi sahabat buat lo."

"Ve, gue minta maaf."

***

"Kalo lo berpikir gue sahabat yang baik, lo salah, Ve. Gue sahabat yang bener buruk. Lo orang baik, dan gak pantes lo punya sahabat kek gue."

Thea jatuh terduduk di sebelah makam Venus. Gadis itu terisak keras, sekuat apapun dia berusaha keras agar tidak menangis, Thea ujung-ujungnya akan tetap menangis.

"Kalo lo sejak dulu tersiksa, seharusnya lo bilang ke gue. Kenapa lo gak pernah bilang apapun?" Thea meremas ujung dress yang ia pakai. Thea bisa feminim juga ternyata.

"Gue bingung, Ve. Gue bingung harus kek gimana." Thea merasakan hujan turun membasahi pemakaman. Dia tidak mempunyai niat sama sekali untuk beranjak. Dia membiarkan air hujan membasahi tubuhnya.

"Lo bakalan buat gue ngerasa bersalah seumur hidup, Ve." Thea hampir berteriak, dia memukul dadanya yang terasa sesak. Kehilangan sahabat lebih menyakitkan dari pada kehilangan orang yang yang ia cintai.

BAD LUCK? (✔)Where stories live. Discover now