7. PEDEKATE KE CAMER

1.1K 132 2
                                    


      Pertemuan rahasia antara dua tim sukses Rezanta menghasilkan beberapa ide diantaranya ini nih:

    "Lo musti deketin nyokap bokapnya Renata, Za" Ini usulan dari Kevin.

    "Iya, bener...." Audi semangat menyetujui. "Secara kan Renata belom bereaksi banyak sama usaha lo. Siapa tau kalo lo berhasil beli hati nyokap bokapnya, pedekate lo lebih gaspol. Biar mereka yang meyakinkan anaknya. Jalan pintas gitu."

    "Camer gue galak gak?"

    "Bah, belom apa-apa udah jiper. Parah lo!" Sembur Niko. Aneh aja melihat Rezanta itu terkesan kalah sebelum perang. Gak Reza banget gitu.

    "Tenang, Ayah Ibu Renata baik banget," Nadine menjelaskan sekaligus memberi semangat juang pada Rezanta. "Gak jaim, gak kaku plus ramah. Enaklah diajak ngobrol santai."

    "Oke, gue besok ke rumahnya."

    "Jangan dulu," cegah Audi. "Main ke tempat dagang bokapnya aja dulu. Pura-pura beli kue baloknya. Cek ombak dulu."

    "Kalo lo langsung ke rumahnya, gue khawatir Renata gak nyaman. Apalagi kalo lo to the point bilang mau ngelamar dia. Beuuhhh, takutnya dia illfeel. Mau lo ketar-ketir sendiri?"

    "Iya juga ya."

     Dan kini di sore mendung bergerimis ini,  Rezanta sudah ada di tempat jualan kue balok milik Ayah Renata.

      Kue balok itu tampilannya seperti kue pukis, tapi cetakannya lebih lebar. Isi dan rasanya pun beda jauh. Jika kue pukis isinya lembut, kue balok isinya padat sehingga lumayan mengenyangkan saat memakannya. Maka tidak heran kue balok sering dijadikan sarapan pagi buat yang tak sempat makan berat di rumah.

    "Yang original sepuluh, yang coklat lumer sepuluh juga ya, Pak," request Rezanta pada Ayahnya Renata.

    "Siap, A," jawab Pak Gumelar. Panggilan 'aa' atau 'akang' biasanya disematkan pada lelaki di tatar Sunda, walaupun kadang usianya di bawah kita. Seperti sapaan 'mas' begitu dalam bahasa Jawa. "Bikin yang baru, kan? "

    "Iya, Pak. Biar enak masih anget."

      Bapak Renata yang menurut Nadine bernama Gumelar itu tersenyum dan mulai membuatkan pesanan konsumennya. Rezanta memperhatikan memperhatikan proses memasak kue balok sambil memikirkan kata-kata apa yang tepat untuk memulai percakapan.

      Kue balok original dibuat Pak Gumelar di satu loyang cetakan. Sementara kue balok ciklat lumer dibuat di cetakan lainnya. Untuk memasaknya menggunakan dua tungku arang, satu tunggu di bawah cetakan, satunya lagi di di atas cetakan. Katanya sih biar merata matangnya.

    "Renata gak ke sini, Pak?" Rezanta mulai memberanikan diri pedekate. SKSD boleh dong. Sok kenal sok dekat.

    "Lho, kenal anak saya juga, ya?" Pak Gumelar menoleh sebentar karen berikutnya beliau mengangkat tungku atas untuk mengintip apa kue baloknya sudah matang atau belum. "Teman kuliah Renata?"

    "Iya, Pak, teman kuliah Renata," jawab Rezanta . "Calon teman hidup Renata juga sih. Calon mantu Bapak. Aamiin," lanjutnya di hati. "Boleh dong ngarep dan berdoa begini."

    "Oalah, teman anak saya ternyata."

     "Renata suka gak, Pak buat bantuin Bapak?"

    "Tadi ke sini. Baru aja pulang," kali ini  ibunya Renata yang menjawab.  Farida, begitu nama beliau. "Gantian sama Ibu. Dia izin pulang karena ada perlu."

    "Persiapan apel nanti malam kali ya, Bu?" Rezanta mencoba sesantai mungkin bicara, padahal hatinya deg-deg-plas, takut salah ucap. Takut juga mendengar jawaban yang tak diharapkan. Pikirnya mumpung ada kesempatan pancing aja sekalian, biar gak penasaran.

Desirable Love ( End )Where stories live. Discover now