21. LAMARAN GAK ADA AKHLAK

928 125 2
                                    

"Mantap, bro, wanian maneh ngalamar Renata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Mantap, bro, wanian maneh ngalamar Renata." Niko mengacungkan dua jempolnya, sebelum men-toss-kan kepalan tangannya pada kepalan tangan Reza, setelah sampai di coffee shop milik Reza.
(Mantap, bro, berani banget kamu melamar Renata)

"Ini baru LAKI!" Kevin ikut memberikan apresiasi dua jempol. "Semoga LUCKY, bro."

"Aamiin. Semua kan karena bantuan kalian. Thanks, bro."

"Cih!! Melamar di tempat umum.  Seenaknya sekali Anda. Di mana letak kesopanan Anda, hah?!" Dean berdecak marah sembari bertolak pinggang. Raut wajahnya dibuat serius. Sengaja menakut-nakuti, menggoda sahabatnya yang sedang galau. "Lamaran gak ada akhlak!"

"Iya ya, gak sopan kali ya? Sial! Kenapa gue jadi to the point gitu sih. Mustinya kan basa-basi dulu." Seru Reza gusar. "Gue takut mereka menilai gue...."

"Jelas aja poin negatif buat calon mantu seperti Anda." Dean masih menggodanya dengan bersikap garang. "Anda ditolak! Belajar etika dan melamar yang baik dan benar dulu, baru Anda berani melamar anak orang."

"Gelo siah, Kabayan!" Reza meninju bahu Dean. "Itu kan spontan. Elo juga kan yang mancing gue buat ngomong begitu. Mulut lo kan lemes bener, tau."
(Gila kamu, Kabayan!)

"Hei, Anda bukannya berterima kasih, malah menyalahkan saya. Benar-benar, ya Anda ini gak ada akhlak!"

Reza menoyor kepala Dean, disambut gelak tawa teman-temannya.

"Udah gak papa, namanya juga spontan. Dadakan. Anggap aja gladi resik lamaran. Salut gue mah. Gak semua orang bisa se-gentle lo, termasuk gue," ucap Kevin positif. "Lagian menurut gue, orang tua Renata juga selow aja. Gak terlihat marah atau memandang lo negatif. Feeling gue sih bakal lancar jaya sampe akad." lanjutnya menyemangati.

Bener ya Aa Kevin ini, kata-katanya obat, support banget. Bikin kita on lagi. Langsung Reza memberi dua jempol buat si ganteng kalem ini.

"Aamiin. Thanks, bro. Lo emang the best. Kata-kata lo bikin adem. Pantesan Maharani klepek-klepek."

"Bisa aja lo." Senyum Kevin tenang.

Saat ini, mereka duduk di area sudut depan, sehingga suasana di luar coffee shop terlihat jelas. Coffee shop bernama 'Rre-Two Coffee' ini ini suasananya cozy banget. Sebuah kaca besar tembus pandang menjadi pembatas ruang dalam dan luar kafe. Di luar pun tertata beberapa bangku dan meja bergaya kekinian. Sebagian terisi oleh pasangan muda-mudi. Ada yang sedang menikmati secangkir coffee latte dengan sepotong cake di depannya, ada yang bersitatap malu-malu meong, ada pula yang haha hihi saling melempar canda. Sementara di meja panjang berkursi enam, beberapa milineal berkumpul namun asik dengan ponselnya masing-masing. Beginilah gaya komunikasi milenial zaman now.  Antara ada dan tiada. Tubuh mereka ada dalam pertemuan itu, tapi hati dan pikiran mereka ada di dunia maya, sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Desirable Love ( End )Where stories live. Discover now