28. BINTANG IKLAN

757 103 6
                                    

Akhirnya, iklan yang dibintangi Reza dan Renata rilis di media cetak, billboard, dan televisi. Iklan produk mie instan. Segala hal diurus Reza. Mulai dari pembicaraan awal, teken kontrak hingga proses pemotretan dan syuting iklan. Renata ngikut aja, terima beres. Toh, segala persyaratan darinya disetujui. Mulai dari  berpakaiaan dan beradegan sopan, sampai dengan jadwal pemotretan dan syuting yang tidak boleh mengganggu jadwal kuliah dan penyusunan skripsi.

"Cek rekeningmu deh. Katanya honor iklan kita udah ditransfer ke rekening kamu."

"Oke." Renata mengambil ponselnya. Dibukanya mobile banking di ponselnya. Alangkah terkejutnya ia saat melihat jumlah nominal honor iklannya.

"Kenapa? Kok diem? Kekecilan honornya?"

"Gede banget honornya."

"Emang segitu honor buat pemula. Bakal tambah gede kalo kita udah ngetop."

"Pantesan artis cepet kaya, ya. Honornya gede begini."

"Mau jadi artis juga?"

"Enggak ah." Renata menyimpan ponselnya di dalam tas ranselnya. Lalu tersenyum manis dan bermaksud menggoda Reza dengan berbisik, "Mau jadi ISTRI REZANTA PRAMUDYA aja."

"Hah, apa? Gak denger. Coba ulang lagi." Reza mendelatkan telinganya ke wajah Renata, membalas godaan itu, yang ia tahu akan menjadi boomerang sendiri buat Renata. Senang aja setelah ini melihat sikap jutek Renata dengan wajah merona dan salah tingkahnya. Bikin gemas.

"Au ah!"

Sial! Selalu saja, setiap ia akan melemparkan joke, ia sendiri yang tersipu malu dan salah tingkah. Seperti senjata makan tuan. Demi Tuhan, sebelum jadi bucin begini, tak ada kejadian seperti ini. Justru ia yang akan membuat orang lain bersikap begini
Sebal! Tambah sebal saat melihat Reza tertawa menang. Tuh, kan, benar dia tertawa kesenengan.

"Hahahaha."

*******

Setelah proposal judul skripsi disetujui dan mendapatkan dosen pembimbing, Reza dan Renata serius dan ngebut menyusun skripsi. Untunglah kedua dosen pembimbing mereka fast respon. Jadi konsultasi bimbingan berjalan lancar.

Di kelasnya, baru mereka yang sudah maju sampai tahap seminar dua. Tinggal satu langkah lagi, sidang skripsi.

"Cie...cie...yang dikejar penghulu, ngebut amat skripsiannya." goda Niko, saat mereka ke luar dari ruang penguji.

Reza tersenyum lesu. Terlihat seperti lelah. Lalu menoyor kepala Niko sebelum menjatuhkan tubuhnya di kursi. Renata mengikuti duduk di sebelahnya. Rasanya masih lemas setelah berjuang beberapa jam dicecar banyak pertanyaan oleh tim dosen penguji.

"Gimana, Bro, sukses, kan?" Kevin bertanya dan dibalas anggukan oleh Reza. "Alhamdulillah. Selamat, Bro."

"Thanks, Bro." jawab Reza lemah tapi sumringah. Bersyukur sekali selalu ada sahabat yang mendukungnya di setiap waktu. "Pak Ruhiyat paling rewel. Pertanyaannya banyak ngejebak."

"Moga-moga aja pas gue bukan dia yang jadi penguji." Harap Niko.

Di sebelahnya, Jasmine pun dikerumuni ketiga sahabatnya.

"Selamat, beb." Jasmine memeluk Renata, diikuti Nadine dan Audi. Terlihat berpelukan ala Teletabies.

"Terima kasih, sahabat-sahabat hebatku." Jasmine terharu disambut gempita oleh tiga sahabatnya. "Kalian wajib nyusul."

"Siap!" jawab Nadine, Audi dan Jasmine bersamaan.

"Biar seminar dan sidang gak bareng, tapi wisuda harus bareng." lanjut Jasmine bersemangat.

Desirable Love ( End )Where stories live. Discover now