45. KENCAN BUMIL

783 88 1
                                    

Dengan bangganya, Reza memublikasikan foto USG calon tiga penerusnya di status WA dan Instagram. Jejak love dan ribuan kalimat memenuhi kolom komentar di media sosial berbagi foto itu. Berbagai ucapan selamat disertai doa terangkai manis. Tentu saja hati calon ayah itu semakin membuncah. Beda dengan Renata yang terlihat murung pagi ini.

"Kenapa, Yang? Kok diem aja?" Reza menghampiri istrinya yang sedang duduk di sofa kamar.

"Kok cepet banget hamilnya ya, A."

"Lho, bagus kan? Daripada susah punya anak."

"Iya sih, tapi...."

"Kenapa?" Reza menghampiri. Ditangkup wajah istrinya dengan  kedua telapak tangannya. "Belum siap punya anak?"

"Bukan gitu. Tapi aku jadi gak bisa kerja."

"Kerja apaan?"

"Ya, berkarir. Manfaatkan ilmu sekaligus bantuin perekonomian keluarga."

"Yaelah, kirain apa." Reza melepas tangkupan tangannya. "Tenang aja, tanpa kamu bekerja pun, aku masih sanggup menjamin hidupmu dan tiga calon anak kita."

"Tapi ilmu kuliahku jadi mubazir kalo di rumah aja."

"Siapa bilang? Gak ada yang mubazir dalam menuntut ilmu." Reza membawa tubuh Renata duduk dipangkuannya. "Ingat, ibu itu sekolah pertamanya anak. Tiang negara. Mendidik anak itu perlu banyak ilmu. Jadi jika ibunya pintar, anaknya pun akan ikut pintar. Hhmm?"

Renata tersenyum. Tangannya kini mengalung pada leher suaminya.

"Tapi...."

"Apa lagi?"

"Tadinya aku ingin pacaran dulu, baru punya anak. Tapi eh, malah kecepatan dikasih anaknya. Jadi susah kan pacarannya." Renata manyun. Bibirnya maju beberapa milimeter.

"Pacaran gimana?"

"Kencan, A. Main, jalan-jalan, nonton bioskop, kayak gitu-gitu deh. Berdua-duaan kayak orang yang pacaran, A." Jelas Renata manja. "Aku kan gak pernah pacaran. Aku pengen ngerasain hal-hal kayak gitu juga. Kayak yang Aa lakuin waktu kencan sama mantan-mantan Aa."

Reza dibuat melongo dengan jawaban istrinya itu. Tapi kemudian tawanya pecah. Dikiranya ada alasan lebih krusial yang membuat istrinya tak siap hamil. Takut morning sickness, takut gendut atau takut gak bisa mengurus bayi, misalnya. Eh, tak tahunya karena gak bisa kencan. Hahaha, ajaib banget emang istri gue, seru hatinya.

"Hahaha...  Cuma karena itu alasannya?" Reza menarik puncak hidung Renata. "Bukan takut gendut atau takut gak bisa ngurus bayi?" Lanjutnya mengemukakan apa yang tadi ada di pikirannya.

"Ngurus bayi mah bisa belajar." Renata masih bergelayut manja. "Ibu sama Mama juga pasti mau ngajarin aku ngurus bayi yang baik."

"Betooollll."

"Tapi gak bisa pacaran, A. Bakal riweuh kalo hamil sih." Renata kembali menyuarakan isi hatinya. " Apalagi nanti kalo udah punya anak."

Kembali Reza terbahak mendengar jawaban istrinya.

"Kok ketawa sih?! Sebel!"

"Iya, iya, maaf." Reza langsung memeluk istrinya. "Jadi ngidam kencan nih istriku ini?"

"Masa yang begitu disebut ngidam?"

"Ya, udah kapan kamu siap kencan?" Reza merenggangkan pelukannya. "Aku siap kapan pun."

"Beneran?" Renata menyambut dengan antusias. Dipandangnya mata suaminya mencari kejujuran di sana. Reza mengangguk memastikan. "Oke, nanti sore. Aku mau jalan-jalan, kulineran sama nonton film di bioskop. Kebetulan malam minggu juga kan?"

Desirable Love ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang