42. PUSING DAN WISUDA

831 106 1
                                    

Pagi-pagi sekali, kesibukan sudah terjadi di kediaman keluarga Himawan. Monica, make up artist langganan Mama Dinda sudah stand by sejak jam 5 pagi. Ada tiga wanita cantik yang harus didandani MUA bertubuh mungil itu, yaitu: Mama Dinda, Teh Aurelia dan Renata. Dan Mama Dindalah yang pertama kali didandani. Teh Aurelia menyusul. Tapi dia belum datang. Mungkin masih mengurus kebutuhan suami dan anak tunggalnya.

Wanita paruh baya itu semakin memancarkan kecantikannya setelah di make over Monica. Gak bakal nyangka deh jika tiga tahun lagi usia beliau akan genap kepala enam. Sangat awet muda.

"Giliran kamu didandani, Yang." Reza mendekati Renata yang sedang duduk di tepi ranjang. "Ditungguin Mama sama Mbak Monica di bawah."

"Sebentar." Jawab Renata. Entah mengapa, sejak bangun tidur subuh tadi, kepalanya keleyengan. Pusing. Saat mandi pun, tubuhnya agak menggigil. Jika tak ingat hari ini adalah hari istimewa, tentu saja ia lebih memilih menarik selimut lagi setelah sholat subuh.

"Kenapa?"

"Enggak papa, cuma sedikit pusing."

Reza langsung meraba kening istrinya dengan telapak tangannya. Lalu beralih meraba keningnya. Bermaksud membandingkan suhu tubuh istrinya dengan suhu tubuhnya. Dan dia mendapatkan data kalau suhu tubuh istrinya lebih tinggi dari dirinya, walaupun tidak panas sekali.

"Agak panas, Yang." Reza menatap cemas. "Ya udah gak usah berangkat aja kalau gak kuat."

"Enak aja." Tolak Renata. "Mana mungkin aku melewatkan acara sepenting ini."

"Tapi kamu sakit, Yang."

"Gak kok. Pusing gini mah biasalah kalo abis begadang sih."

"Makanya jangan suka begadang."

"Yeee... Yang suka ngajak begadang siapa coba?" Renata mendelik. Lalu berdiri dari duduknya. Sambil berkacak pinggang, didekatkan wajahnya ke wajah suaminya. Tatapan matanya menghakimi.

Reza menarik pangkal hidung istrinya. Tak dapat dapat menahan tawa. Renata mengusap-usap hidungnya dengan wajah cemberut.

"Iya, iya, aku pelakunya." Jawabnya dengan sisa kekehan di ujung kalimatnya. Alisnya naik turun beberapa kali. "Namanya juga usaha mewujudkan Reza dan Renata junior kan, Yang "

"Ngebet amat punya buntut, Pak."

"Iyalah, mumpung masih strong."

Renata mencibir. Tak lama Reza pun menggandeng istrinya ke luar kamarnya di lantai dua. Ketika hampir turun di tangga terakhir, Renata menghentikan langkahnya. Memegang keningnya dengan wajahnya meringis. Kepalanya kembali tak nyaman.

"Kenapa?" Reza ikut menghentikan langkahnya. "Pusing lagi."

"Hhm-emh."

"Sarapan aja dulu, yuk?" Reza memandang cemas. Memeluk pinggang istrinya. Menuntun langkahnya. "Udah itu minum obat."

"Iya."

Renata menurut. Dia pun mengikuti apa yang suaminya perintahkan. Tersaji aneka makanan di meja makan. Ada nasi goreng, ayam goreng, tempe dan tahu goreng, roti, selai, buah-buahan, oatmeal, dan lain-lain.

Desirable Love ( End )Where stories live. Discover now