15. SANG MANTAN

915 123 1
                                    

"Gue putus sama Mika bukan karena orang ketiga. Saat itu gue keasikan battle PS sama Kang Bagas sampe kelupaan jemput dia pulang rapat di kampus." Akhirnya tanpa diminta, Reza menjelaskan alasan putusnya dengan Mikaila. "Dia gak percaya. Disangkanya gue lagi jalan sama cewek lain."

Renata menoleh pada cowok di sebelahnya yang sedang santai menyenderkan kepalanya di jok. Dua lengannya melingkar ke belakang kepala, dijadikan senderan kepalanya, menempel pada jok atas mobil. Tak tahu harus berkomentar apa, ia pun memilih diam.

"Gitu deh kalo ngegedein emosi dan suudzon, nyeselnya belakangan. Akhirnya dia tahu gue jujur, gue gak selingkuh. Kang Bagas yang jelasin."

"Gak minta balikan lagi?"

"Siapa? Gue?"

"Siapa aja."

"Mika emang pernah minta balik lagi," jawab Reza lagi. "Tapi gue gak mau."

"Sombong!" Renata mencibir.

Mendengar itu, Reza hanya terkekeh.

"Dalam kamus gue, gak ada kata balik lagi ke mantan."  Gaesss... sombong gak sih bilang begini? "Kalo udah putus, ya putus aja. Tutup buku. Gak perlu dipaksakan buat balik lagi. Ibarat gelas pecah, sekalipun dilem lagi tetap gak akan sama. Tetap ada sisa retakan. Lagipula gue termasuk orang yang gampang move on. Jadi ya kalo putus cinta gak pernah suntuk dipikirin. Selow aja. Atau mungkin juga saat itu udah ada kejenuhan di hubungan kami. Jadi pas dia minta putus, seperti gayung bersambut."

"Jahat!" Renata menggeleng-gelengkan kepala. Ringan bener kalimat itu terlontar. Yang begini ini nih bilang serius ngajak nikah? Serius???

"Karena selalu cepat dapat gantinya ya, makanya lo gak pernah stres kalo putus?"

"Gak juga."

"Emhhh?!"

"Buktinya cewek di sebelah gue susah banget dideketin." Reza melirik, menyindir dan menggoda Renata. "Entah sengaja mau kasih gue pelajaran, entah malu, entah gengsinya kelewat tinggi buat ngaku su... aww, ampun!" Reza menjerit. Kalimatnya terpotong oleh cubitan memutar tangan Renata di pinggang kirinya. Sakit, perih. Nyerah.

"Ampun, ampun.. gue nyerah kalo dicubit." Reza mengangkat tangannya. Menggeser tubuhnya agar jauh dari jangkauan cubitan Renata, hingga menempel pada pintu mobil di sisinya. "Mending lo pukul aja."

"Oke, sini gue pukul."

"Eh, enggak-enggak. Ampun."  Reza meralat permintaannya. Tersenyum manis, seolah mengirim sinyal 'bendera putih' tanda menyerah  Dia lupa cewek di sebelahnya ini jago pencak silat. Bisa remuk dia jika benar-benar dipukul si ratu silat.

Renata tertawa lepas. Lucu sekali melihat kepanikan Reza. Kemudian disapunya sekeliling. Interior mobil ini begitu nyaman. Jok-joknya berwarna coklat muda, terbuat dari kulit asli. Entah kulit domba, entah kulit sapi. Yang jelas terlihat sangat berkelas. Inilah kali pertamanya ia  berada di mobil mewah berharga M M-an itu.

"Masih ada yang mau ditanyain gak?"

"Nanya apa?"

"Apa aja. Tentang gue, mantan gue, atau apa aja, biar lo tenang, gak banyak suudzon."

Renata mengangkat bahu. Mencibir sedikit sebelum melemparkan pandangan ke luar kaca mobil. Hujan telah reda menyisakan suasana basah dan dingin. Tiba-tiba dering ponsel di dashboard berbunyi. Ponsel milik Reza.
Reza mengambilnya, tapi menyimpannya kembali tanpa menerima panggilan telepon itu.

"Kok gak diangkat?"

"Dari Mika. Angkat jangan?"

"Kok nanya gue?"

Desirable Love ( End )Where stories live. Discover now