52. JANGAN KE LUAR DULU

712 85 1
                                    

"Baiklah jika Ibu Renata berkeinginan menjalani persalinan normal. Tidak masalah kok." Dokter Reina tetap bicara tenang dan ramah, saat Renata mengemukakan keinginannya untuk melahirkan normal. "Tetap kencangkan doa, ya, Bu supaya Allah SWT mengijabah keinginan Ibu itu."

"Aamiin ya robbal 'aalamiin." Jawab Renata dan Reza bersama. "Makasih, dok."

Dokter Reina menganggukan kepala. Senyumnya belum lepas dari wajah cantik paruh bayanya. Renata sedang menjalani sedang pemeriksaan rutin kandungannya, ditemani Reza. Semakin tua usia kehamilannya, semakin rajin ia memeriksakan kandungannya, sesuai arahan dokter.

Alhamdulilah, kandungannya sehat. Di usia tiga puluh dua minggu ini, kepala bayi-bayinya pun sudah bergerak ke posisi strategis di jalan lahir. Semoga tetap seperti itu sampai masa persalinan tiba.

Tentu saja Renata sangat bahagia dan bersyukur sekali mengetahui berita itu. Semangatnya untuk melahirkan normal semakin besar. Ia sangat menjaga kandungannya. Makan makanan bergizi, berolahraga sesuai arahan dokter dan mengikuti kelas antenatal khusus yang ditujukan untuk bumil kembar tiga.

Banyak ilmu yang ia dan suaminya dapatkan di kelas antenatal tersebut. Mulai dari latihan pernafasan yang mempermudah proses melahirkan, belajar beragam posisi melahirkan, informasi prosedur medis, reaksi emosional, perubahan saat kehamilan atau setelah melahirkan, dan lain-lain. Bahkan sang suami pun dibekali ilmu memijat agar sang ibu tetap rileks baik sebelum atau pada saat melahirkan.

Singkatnya ia menikmati masa kehamilan pertamanya itu dengan sangat bahagia karena mendapatkan perhatian, dukungan dan doa yang besar dari suaminya, keluarga mertua dan keluarganya sendiri. Juga sahabat-sahabatnya.

"Tapi jika di usia kandungan Ibu sudah 36 minggu belum ada kontraksi, terpaksa kami harus mengambil tindakan persalinan caesar ya, Bu. Dan Ibu harus siap dan ikhlas ya." Kata dokter Reina lagi. Kalimatnya selalu disertai senyum, sehingga siapa pun yang mendengarnya merasa tenang dan nyaman.

"I-iya, dok."

"Gak perlu takut, Bu. Aman kok." Dokter Reina seperti dapat membaca kekhawatiran yang dirasakan pasienya. "Percayalah pada kami. Kami bekerja sungguh-sungguh dan profesional. Insya Allah, Ibu dan bayi-bayi Ibu lahir sehat dan selamat."

"Iya, dokter. Saya percaya."

"Apalagi Ibu Renata ini bumil favorit saya. Selalu nurut dan gak neko-neko. Insya Allah dilancarkan."

"Aamiin." Kembali pasangan serasi itu mengamini kalimat dokter Reina.

Sesungguhnya, setiap hari, setiap waktu, setiap ada kesempatan, Renata melangitkan doanya pada Sang Kuasa. Memohon dapat melahirkan normal dalam proses yang mudah, lancar, sehat dan selamat.

Ia yakin Tuhan tidak tidur. Sang Khalik pasti mendengar dan mengijabah doa-doanya. Pun doa-doa suami dan keluarganya yang putus-putus mengetuk pintu langit dalam mendukung keinginannya.

Entah mengapa di hatinya terselip keyakinan bahwa keinginannya melahirkan normal bukanlah suatu kemustahilan. Pasti sudah banyak bumil-bumil triplets lain yang mengalami hal itu sebelumnya. Baik sebelum hadirnya teknologi canggih operasi caesar, maupun setelahnya.

Buktinya ia beberapa kali membaca berita artikel tentang bumil tripslet yang bisa melahirkan normal. Salah satunya di daerah Cilacap, Jawa Tengah. Mana bumil itu usianya di atas 30 tahun lagi. Sementara dirinya baru dua puluh tiga. Kuatlah. Bisalah. Seoptimis itu ia hingga tak sabar menunggu datangnya masa itu.
Insya Allah.

***********

Minggu ke-34 kandungan Renata semakin besar. Berat badannya bertambah 20 kg selama masa kehamilan ini. Aktivitasnya pun mulai terbatas. Yang dilakukannya sekarang lebih banyak leha-leha saja, seperti nonton televisi, nonton drakor, chating dengan teman-teman atau browsing informasi ini itu. Sesekali ia merasakan mules yang saat dikonfirmasikan ke dokter, itu hanyalah kontraksi palsu.

Desirable Love ( End )Место, где живут истории. Откройте их для себя