31. S1 DULU, KAKA

786 101 2
                                    

Maaf ya telat update.
Adik ipar meninggal & harus ke luar kota. Semoga almarhum husnul khotimah. Aamiin YRA

"Renata... Selamat, ya. Aku ikut bahagia."

"Congratulation, Sweety. I proud of you."

"Rena... Kereeennn. Dua jempol buat lo. Sarjana, kuy!

"Selamat, Renata sayang.... Gue bangga. Doain gue cepet nyusul, ya?!"

"Selamat, ya, Renata... Gak nyangka lo secepat ini lulus. Iri deh gue."

"Happy graduation, Renata sayang..."

"Selamat, beb. Kok bisa ngebut sih?"

Ke luar dari ruang sidang skripsi, Renata disambut gempita oleh teman-temannya. Ucapan selamat, pelukan hangat dan aneka bingkisan membuat hatinya menghangat dan meleleh. Tentu saja ia pun tak dapat membendung air mata bahagianya.

"Terima kasih semuanya." Berulang kali Renata mengucapkan kalimat itu, saat teman-temannya silih berganti memberikan ucapan selamat atas kelancaran sidang skripsinya. Senyumnya pun tak henti mengembang. Bahagia dan terharu sekali mendapat perhatian sedemikian besar dari teman-temannya.

Lihat saja, selain ucapan selamat, mereka pun.memberikan aneka bingkisan. Ada yang memberi buket bunga, kue, selempang, balon, terompet, dan entah apa lagi karena terbungkus dalam bentuk kado. Gimana nggak terharu coba?

Tapi ngomong-ngomong, Reza ke mana, ya? Padahal tadi saat ke luar ruang sidang, orang pertama yang dilihatnya adalah Reza. Lelaki itu memberinya jempol dengan senyum menawan dan kata 'congrat' tanpa suara. Kok sekarang menghilang?

Renata menepuk dahi. Lupa kalau jadwal sidang skripsi Reza adalah setelahnya. Pasti sekarang dia sudah ada di ruang itu. Dalam hati, ia pun merapalkan doa. Memohon pada Sang Kuasa agar Reza diberi kemudahan dan kelancaran dalam sidang skripsinya.

*******

Setelah menunggu beberapa waktu, Reza pun ke luar dari ruangan. Wajahnya terlihat lega dan bahagia. Jelas saja menambah aura ketampanan lelaki muda itu.

Sama seperti Renata, dia pun dihujani ucapan selamat dan bingkisan. Malah banyakan dia. Maklum, para fans garis kerasnya turun gunung. Renata tersenyum saja melihat itu. Tak marah. Tak cemburu. Tak terganggu pula. Pikirnya, selama hal itu tak merugikan, tak mengancam hubungannya, maka tak perlu dipermasalahkan. Toh, tetap dia yang jadi pemenang di hati Reza.

Untuk itu dia pun menepi. Memberi ruang pada mereka yang ingin mengapresiasikan kelulusan sarjana lelaki itu.

"Selamat, Bro... Hebat!"

"Couple-an euy lulusna. Sirik aing!"
(Couple-an nih lulusnya. Iri gue!)

"Selamat, Kang Reza. Barokalloh."

"Congratz, Bro. You're the best."

"Wow, Kang Reza hebat bingit. Udah ganteng, baik, pinter lagi. Selamat ya, Kang. Aku padamu."

"Jiwa kebelet nikah emang dasyat. Gaspol skripsinya, Kuy! Selamat, Bro."

Sama seperti Renata, Reza pun mengucapkan banyak terima kasih atas semua perhatian yang diberikan padanya. Bedanya yaitu dia tak menangis. Tentu saja, lelaki memang lebih bisa menahan air mata.

"Renata mana, ya?" Mata Reza celingukan. Dia belum melihat Renata sejak ke luar dari ruangan. "Gak mau ngucapin selamat gitu ke gue?"

"Noh!" Dean yang mendengar gumaman Reza,  menunjuk sosok di dekat lift. Mata Reza mengikuti arah yang ditunjukkan sahabatnya itu. Yupz, ada. "Keliatan gak?"

Desirable Love ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang