60. SATU TAHUN YANG HEBAT

708 79 4
                                    

"Kita makan di sini?" Renata bertanya memastikan. Iya yakin, makan di restoran ini akan menguras isi dompet. "Mahal lho, Pa."

"Enggak." Reza melepas sabuk pengaman dengan senyum jahil terkulum. "Mau cuci piring."

"HAAHHH??!!"

Reza tergelak. Terhibur dengan ekspresi terkejut sang istri. Sejak kapan sih Renata menanggapi serius kalimat candanya?

"Ya kali udah dandan ganteng sama cantik gini mau cuci piring." ucapnya dengan sisa tawanya. "Yang bener aja. Rena...Rena..."

Renata cemberut, menyembunyikan rasa malunya. Sebel karena otaknya mendadak loading begini. Bisa-bisanya ia lupa kalau suaminya ini anak konglomerat yang hartanya gak akan habis tujuh turunan, tujuh tanjakan dan tujuh belokan. Calon CEO pula. Halah, halahhh...

"Bego, begoooo!" Renata mengutuki dirinya sendiri.

"Ayo turun, yuk." Reza membuka pintu Lexus-nya. Lalu ke luar dan berjalan mengitari mobil untuk membukakan pintu untuk Renata. "Kok malah bengong?"

"Emh?"

"Tenang aja, suamimu ini masih sanggup mentraktir makan istri kesayangannya tanpa harus menggadaikan KTP dan menggantikannya dengan hukuman cuci piring."

"Becandanya jelek!" Renata memberengut menahan malu. Ditepuknya lengan Reza yang menyilang di depan dadanya karena hendak membukakan seat belt yang menyilang di tubuhnya. Tambah malu kan diomongin begitu.

"Hahaha." Reza tertawa melihat rona merah yang menjalari wajah jutek istrinya. Ia pun mengulurkan tangannya. "Ayo, sayang."

Renata pun menerima uluran tangan Reza yang siap membawanya ke restoran mewah itu.

"Mari silakan, Mas, Mbak." Seorang pegawai restoran berpakaian rapi menyambut ramah kedatangan Reza dan Renata. Kemudian mengarahkan mereka ke naik lantai dua.

"Whoaaaa...." Mata Renata membola saat sampai di lantai dua. Ia tak bisa lagi menyembunyikan kekagumannya yang sejak tadi ditahannya. Pasalnya, di lantai dua ini suasananya terlihat lebih istimewa. Ada dekorasi cantik bernuansa romantis, elegan dan mewah. Ada acara apa sih?

"Suka?" Reza tersenyum lebar melihat ekspresi takjub istrinya.

"Suka banget." Renata terus mengedarkan pandangannya ke seantero ruangan. "Bagus banget. Romantis ya desainnya."

Reza semakin tersenyum lebar. Tak sia-sia ia mempersiapkan ini jauh-jauh hari.

"Tapi masih sepi banget. Apa kita terlalu cepat datangnya?" Renata celingukan karena ternyata hanya mereka berdua yang ada di ruangan ini. "Papa sih... Lagian biasanya acara kayak gini malam kan, ya?"

"Emang ini khusus buat kita berdua, sayang." Reza melingkarkan tangan di pinggang Renata.

"Beneran?" Manik mata Renata membola kembali. Lalu tersenyum ketika melihat Reza mengangguk. Hatinya menghangat. Merasa tersanjung  diperlakukan istimewa oleh suaminya.

Selain lega melihat Renata antusias sekali dengan kejutan yang dibuatnya, sebenarnya Reza geregetan melihat istrinya belum menyadari hari istimewa apa sekarang ini. Masa sih sampai lupa? Bukankah biasanya wanita lebih hapal hari-hari istimewa dalam hidupnya?

"Makasih, Sayang." Renata menoleh ke samping. Menatap lembut pada Reza. Namun sedikit kemudian, keningnya berkerut. "Tapi apa ini gak berlebihan?Pasti ngehabisin budget yang gak sedikit, kan?"

Belum sempat Reza menanggapi ucapan Renata, tiba-tiba datanglah dua pegawai restoran. Pegawai laki-laki membawa satu buket bunga mawar merah yang besar. Sementara pegawai perempuan membawa satu kue tart bertuliskan....

Desirable Love ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang