25. GUMMY YUMMY 1

441 75 47
                                    

“Lama tidak berjumpa, Miss Bailey,” sapa Will lengkap dengan senyuman. Alice terlihat seperti orang yang terkena serangan jantung. Dia mematung melihat Will yang meraihku mendekat ke tubuhnya. “Aku tidak suka jika ada yang mengganggu kekasihku. Kuharap kamu, teman-temanmu dan tunanganmu tidak melakukan itu,” kata Will. Suaranya tenang, tapi begitu mematikan.

Entah kemana larinya keberanian Alice tadi. Sesuatu memotong lidah iblis betina itu. Aku pengin ngakak melihat wajah teman-teman Alice yang mirip emoji hijau di menu emoticon aplikasi whatsapp.

“Kemarin ayahmu baru saja menemuiku. Dia memohon agar aku mendukungnya untuk menduduki jabatan yang dia inginkan di Amazon Communication pada rapat komisaris minggu depan.” Senyuman semanis gula kapas terkulum di bibir Will, berbanding terbalik dengan wajah Alice yang jadi pucat pasi. “Kuharap kamu tidak menjadi alasan ayahmu gagal menduduki kursi impiannya. Aku tahu betul apa yang bisa dilakukan Marcus Bailey pada penyebab kegagalannya,” sambung Will.

Mulut Alice membuka dan menutup, tanpa suara yang keluar, begitu terus untuk beberapa kali sampai Glenn membelah kerumunan dan berdiri di sebelah Alice.

“Ada apa ini, Al?” tanya Glenn dengan suara tertahan.

“Mr. Walter. Maaf aku belum sempat memperkenalkan diri di pertemuan sebelumnya. William Smith.” Will mengulurkan tangan. Senyum nggak lepas dari bibirnya.

Ragu-ragu, Glenn menyambut tangan Will. “Glenn,” balas Glenn dengan suara yang nyaris nggak kedengaran. “Glenn Walter,” ulang Glenn.

Will meraih pinggangku lebih menempel lagi dengan tubuhnya. “Mr. Walter, perkenalkan ini Miss Pravena, calon istriku,” ucap Will memperkenalkanku pada Glenn.

Glenn mengulurkan tangan ke arahku yang kutolak dan memilih membalasnya dengan anggukan juga senyum seadanya.

“Aku tidak suka memberikan pengampunan tiga kali, Mr. Walter. Kamu.” Will menunjuk Glenn dengan dagunya. “Kuampuni atas apa yang kamu lakukan pada calon istriku di Alta Tower dan di Mahatma Gallery. Tapi, aku tidak akan memberikan pengampunan lagi jika masih terulang. Kuharap pendengaran dan kemampuan berkomunikasimu masih berfungsi dengan baik, sehingga kamu bisa mengerti yang diucapkan Kimmy. Jangan mengemis untuk kembali pada Kimmy. Itu hanya akan melukai harga dirimu. Jangan buat tunanganmu seperti pembual memuakkan di hadapan teman-temannya. Kamu begitu memuja tuanganmu. Setidaknya, begitulah yang dia katakan pada teman-temannya.”

Diam-diam, kuusap punggung Will berharap sentuhan ini dapat meredam Will. Aku khawatir Glenn dan Alice bakal minum karbol kalau Will terus menghujani mereka dengan kata-kata tajam dan mematikan begitu. Kekasihku lelaki manis, mudah bergaul dn memiliki hati yang baik. Namun, dia juga nggak segan-segan membengkokkan kerongkongan orng yang ingin merusak miliknya.

Will mengubah pandangannya ke arah teman-teman sosialita Alice dan berkata, “Ladies, maaf atas ketidaknyamanannya. Hey, Sir,” Will memanggil kasir yang sedari tadi mencuri pandang ke arah kami. “They are on me,” kata Will sambil menunjuk ke arah geng Alice. “Enjoy the party, ladies,” imbuh Will sebelum menarikku menjauh dari mereka.

Will nggak membawaku kembali ke meja Brama. Dia menuntunku ke tempat yang lebih sepi, jauh dari keramaian. Jantungku berdebar hebat. Rasanya seperti mimpi, Will ada di sini dan membelaku. Kami berdiri berhadapan dengan jarak yang begitu dekat. Matanya menelisik mataku. Kami saling bertatapan, seolah dengan begitu kami bisa mengatakan seberapa besar gelombang kerinduan yang menerpa jiwa kami.

Will mendekatkan wajahnya ke arahku. Napasnya yang panas menerpa kulitku. Bibirnya memagut bibirku. Saat lidah kami bertemu, aku bisa merasakan gelora yang membakar diri Will. Ciuman kami terasa begitu menuntut dengan napas yang kian memburu.

KIMMY ;Lost in LondonWhere stories live. Discover now