29. BAD LIER

348 56 16
                                    

Aku berdecak kesal sekali lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku berdecak kesal sekali lagi. Ini masih pagi dan perasaanku sudah kacau. Pasalnya, sejak kemarin siang, Will nggak juga membalas pesanku. Dia bahkan nggak menjawab panggilan teleponku. Dia nggak seperti biasanya. Apa dia berniat memberikan kejutan sama seperti waktu itu?

"Masih nggak ada kabar, Kak?" tanya Jelita yang baru saja masuk ke dalam kamar. Aku menggeleng untuk menanggapinya.

Semalam setelah sesi curhat yang penuh air mata, kami tidur bersama di kamarku seperti saat masih kecil dulu. Sekarang Jelita jadi lebih banyak bicara. Ya, meski hanya padaku, sih. Tapi, itu tandanya ada kemajuan, kan, sama dirinya?

"Kenapa nggak coba telepon sekretarisnya aja? Kemarin, kan, ada urusan kerjaan, nah, sekretarisnya pasti tahu dong jadwal bossnya," usul Jelita.

Aku menjentikan jari atas ide cemerlang Jelita. Kenapa nggak kepikiran sejak tadi?

Aku langsung menghubungi Nat. Sayangnya, ponsel Nat juga nggak bisa kuhubungi. Berkali-kali kucoba, tetap saja jawabannya di luar jangkauan. Perasaanku semakin campur aduk. Ada apa dengan mereka berdua? Kemana perginya sampai nggak bisa menerima teleponku?

Hingga sore hari, di tengah kesibukkanku membantu menata camilan di kebun belakang untuk acara ulang tahun papa, Will masih nggak bisa dihubungi. Dia juga belum datang, padahal keluarga Brama sudah datang sejak pagi. Bahkan Biru yang seharusnya rapat dengannya kemarin saja sudah datang tadi siang.

Waktu kutanya soal Will, Biru justru menjawab, "gue pikir dia ke sini. Soalnya dia mendadak batalin meeting gitu aja kemarin siang. Emang dia nggak ngasih tahu lo ke mana?"

"Kemarin dia cuma bilang mau ke kamar hotel Jake buat ngambil file meeting sama lo. Jake udah beberapa hari nggak bisa dihubungin. Nah, dokumen yang lo minta ada di kamar Jake. Liz nggak berani masuk ke kamarnya Jake. Makanya mau nggak mau dia yang ke hotel ngambil dokumen itu," jawabku menjelaskan alasan Will kemarin.

Biru menggeleng. "Kemarin sekitar jam sebelas siang dia telepon gue. Dia batalin rapat gitu aja tanpa ngomong alasannya apa."

Nggak ada informasi apa-apa lagi yang bisa kudapat dari Biru. Aku juga nggak tahu harus menanyakan keberadaan Will pada siapa lagi. Jadi, aku pasrah saja menunggunya.

"Jangan ngelamun," ujar Jingga sambil menyikut pelan lenganku. "Lo kenapa?"

Aku menggeleng sambil terus memindahkan eclairs cokelat dari baki ke piring saji di meja makanan ringan.

"Kepikiran Will?" tebak Jingga lagi.

Kali ini aku nggak bisa berbohong. Percuma saja bohong sama manusia bermata elang itu. Meski sudah kukerahkan kemampuan berbohong terbaikku, tetap saja dia bakal tahu. Jadi, lebih baik kukatakan saja, "ya." Setelah menghela napas panjang, kukatakan lagi padanya, "dia masih nggak bisa dihubungi, sekretarisnya juga. Aku nggak tahu keadaannya sekarang."

KIMMY ;Lost in LondonWhere stories live. Discover now