24. WHAT THE DEVIL INSIDE 2

395 73 23
                                    

Aku kembali bergelung dengan selimut tanpa berniat untuk keluar kamar hotel sedikitpun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku kembali bergelung dengan selimut tanpa berniat untuk keluar kamar hotel sedikitpun. Nggak kupedulikan cacing perut yang mulai berdemo. Nggak kuhiraukan juga badanku yang lengket efek belum mandi sejak dari gallery Mike kemarin. Nggak mendengar suara dan melihat wajah Will membuatku nggak berselera melakukan apapun. Aku sudah bulak-balik memeriksa ponselku, bahkan jaringannya juga. Nggak ada yang salah dengan ponsel maupun jaringan providerku, semuanya baik-baik saja. Will yang memang nggak mengirimiku pesan. Ponselnya juga masih nggak bisa kuhubungi.

Kalau bukan karena alarm schedule pertemuan yang sengaja kupasang di ponsel, aku pasti sudah lupa kalau malam ini ada gathering dengan para General Manager dan Director of Sales Manager hospitality regional Indonesia Timur. Aku nggak benar-benar membual, kok, waktu bilang kami ada rapat pada Mike. Hanya saja bukan kemarin, tapi hari ini.

Meski hilangnya Will ikut membawa semua semangat dan gairahku, tapi aku harus tetap memulas wajah dan mengenakan dress terbaik untuk malam ini. Aku dan Brama berangkat sebelum jam makan malam. Sedangkan Ranu dan Alica memilih untuk makan malam di hotel.

Brama sengaja memilih tempat pertemuan di Le Gravoche, restaurant mewah milik Brice, salah satu dine and wine terbaik di Pulau Dewata ini. Pantas saja Le Gravoche menempati peringkat teratas di kelas dine and wine, selain pelayanan dan kualitas hidangannya yang terbilang luar biasa, restauran ini juga dimeriahkan oleh artis-artis Ibu Kota. Nggak ada penyanyi papan atas Indonesia yang nggak pernah menisi acara di sini. Bahkan nggak jarang restauran ini dimeriahkan oleh artis-artis internasional.

Acara dimulai jam tujuh malam dengan makan malan sambil membahas pendapatan hotel tiga  bulan terakhir dan target tiga bulan kedepan, serta business plan setiap hotel. Menjelang akhir tahun begini, pendapatan hotel akan meningkat. Apalagi hotel-hotel yang bertempat di destinasi wisata seperti Bali, Lombok dan Raja Ampat. Belum lagi pemerintahan dan perusahaan akan menghabiskan anggaran tahunan mereka di bulan-bulan ini. Setelah informal rapat selesai, dilanjut dengan acara bebas.

“Nggak ada open bottle, nih, Pak?” gurau Pak Made, General Manager Jazz hotel Kuta, pada Brama.

Brama menggeleng sambil tersenyum. “Masih doyan aja yang begituan, Pak,” balas Brama santai. “Kim, tolong pilihin minuman buat bapak-bapak ini,” kata Brama padaku setelahnya.

Aku mendekat ke arah Brama. “Gue dipesenin Ranu supaya jagain lu, biar lu nggak mabuk. Lu tahu, kan, kalau lu mabuk suka bertingkah bego,” desisku pada Brama.

“Gue nggak bakal bikin Ranu pergi lagi, Kim,” jawab Brama dengan mendesis juga. Setelah melihat kesungguhan di mata Brama, aku langsung berjalan menuju meja bar.

Kukira ujian dari iblis bernama Glenn Walter sudah selesai kemarin, ternyata aku salah.
Waktu aku lagi menunggu barista untuk mencatat pesananku, segerombolan cewek sosialita dengan dandanan super mahal dan modis duduk di sebelahku. Awalnya, aku nggak memperhatikan mereka, tapi suara salah seorang dari mereka menyita perhatianku. Suara dengan bahasa asing yang kukenal.

KIMMY ;Lost in LondonWhere stories live. Discover now