58. MIRACLE IN YOUR EYES

335 50 31
                                    

Aku meneguk saliva kepayahan dengan mata menatap lurus pada Jake

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku meneguk saliva kepayahan dengan mata menatap lurus pada Jake. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Keringat dingin meluncur turun di tungkukku.

"Jake, a--ak--aku ... ."

Mati aku. Kepalaku kosong seperti saldo akhir bulan.  Otakku yang biasanya mampu berbikir cepat mencari ide-ide cemerlang, tiba-tiba saja mogok bekerja.  Bagaimana caraku menjelaskan kejadian tadi kepada Jake?

Jake melangkah semakin dekat senada dengan degup jantungku yang semakin mirip genderang di medan perang. Bibir dan mulutku terasa kering. Kupikir Jake akan marah besar atau bahkan memutuskan hubungan kami. Nyatanya, aku salah besar. Dia justru tersenyum lebar ke arahku seolah enggak terjadi apapun. Bukannya merasa lega, aku justru semakin diliputi perasaan bersalah.

Jake duduk di sebelahku, lalu mengulurkan tangannya menyentuh lembut sisi pipiku. "Jangan katakan kamu baik-baik saja, Kim. Ada apa?" tanya Jake dengan nada lembut yang membuatku ingin memaki diriku sendiri.

Jake melirik sekilas pada kakiku yang mengenakan sepatu pemberian Will. "Kaki kirimu bengkak. Apa kamu terkilir? Jangan katakan tidak karena siapapun pasti tahu kalau kamu berbohong," ujar Jake dengan suara lembut yang menghangatkan.

Bibirku berkedut mencari kalimat yang tepat. "Aku ... ."

Sial! Aku kehilangan kata-kata. Ayo, Kim, gunakan isi kepalamu itu. Sudah banyak hotel bintang empat dan lima yang sukses kubangun dalam waktu beberapa tahun ini. Masa sih mencari alasan saja enggak bisa.

Setelah lama terdiam, kuangkat bahu dan berkata, "sepertinya sepatu ini berkonspirasi dengan lantai."

Ragu-ragu kutatap Jake yang menatapku menunggu cerita selanjutnya. Setelah menghela napas perlahan, kukatakan lagi, "aku ... jatuh. Jadi, terpaksa menerima sepatu anonymous ini." Aku menunjuk sepatu cantik di kakiku dengan bibir mengerucut.

Tanpa bekata apapun Jake menarikku ke dalam dekapannya. Sejenak kupikir dia akan memelukku, tapi lagi-lagi aku salah besar. Jake membawa tubuhku ke dalam gendongannya. Pernahkah kalian melihat pengantin pria menggendong mempelai wanitanya? Begitulah yang Jake lakukan saat ini.

"Mau ngapain, Jake?" tanyaku yang mau enggak mau mengalungkan lengan di lehernya dengan erat.

"Pertama-tama, bisakah kamu sedikit mengendurkan peganganmu?" Jake memberi kode ke arah tanganku membuatku meringis malu.

"Maaf," sahutku sambil mengendurkan peganganku. Setelah merasakan peganganku enggak seerat sebelumnya, Jake mulai berjalan. "Kita mau ke mana, Jake?" tanyaku yang kebingungan karena kami semakin menjauh dari convention hall. "Acaranya belum selesai, Jake. Gimana kalau mereka nyariin kamu?" imbuhku lagi yang dibuat gemas karena enggak mendapat jawaban darinya.

"Acara itu tidak penting, Kim. Kamu jauh lebih penting," sahut Jake singkat, padat dan jelas.

Tuhan, apa aku layak dibeginikan? Padahal tadi hatiku habis dibikin koprol sama Will, sekarang malah dibikin tersipu begini sama sikapnya Jake.

KIMMY ;Lost in LondonWhere stories live. Discover now