3. WALTS ART GALERY

1.2K 170 46
                                    

Aku menarik koperku

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Aku menarik koperku. Dengan langkah besar-besar, aku berjalan ke arah pintu keluar bandara dan mencari taxi. Sekali lagi kulihat jam di layar ponselku, hampir jam dua siang, waktu Inggris.

"Walts Art Galery, Sir," kataku setelah duduk manis di dalam taxi.

Tanpa banyak bicara, sopir taxi langsung membawaku menjauh dari bandara. Aku meraih pouch kecil dari dalam tas tangan, kemudian merapikan riasan wajahku. Tadinya, kupikir masih ada waktu untuk ke hotel, mandi dan berganti pakaian sebelum pergi ke pameran Glenn. Ternyata, aku salah melihat jadwal pembukaan pameran Glenn. Aku tiba di London satu jam sebelum acara di mulai. Nggak ada pilihan lain, aku terpaksa berganti pakaian di toilet bandara. Untung aku membawa baju semi formal. Jadi nggak terlalu menyusahkan walau harus membawa koper.

Waktu sampai di WAG, acara sudah dimulai. Tamu undangan yang datang sangat banyak. Pantas saja jika media selalu mengelu-elukan kesuksesan setiap acara yang dibuat Glenn. Galery milik Glenn juga mewah dengan arsitektur bergaya Baroque. Baru kali ini aku melihat langsung kemegahan WAG. Biasanya, aku hanya mengaguminya dari layar komputer atau ponselku.

Tepuk tangan riuh menggugah perhatianku. Kutitipkan koper besar yang dibawa dari tadi pada penjaga di depan pintu masuk galery, sebelum mengikuti tamu lain yang berjalan ke bagian tengah WAG.

Gendang telingaku menangkap suara Glenn. Dia berada di tengah kerumunan para tamu. Sepertinya dia berdiri di anak tangga karena aku bisa melihat kepalanya diantara tamu yang penuh sesak mengelilinginya. Aku meringsak, berusaha maju ke depan. Aku ingin Glenn melihatku dan mendapat suntikan semangat saat melihat wajahku.

Aku melesak, melawan kerumunan tamu. Aku nggak peduli dengan beberapa tamu yang berdecak kesal. Aku juga nggak peduli dengan tubuhku yang menubruk tubuh lain. Yang ada di kepalaku hanya bayangan Glenn yang tersenyum bahagia. Aku nggak bisa menyembunyikan rona kebahagiaanku waktu berjalan membelah kerumunan.

Jantungku berpacu cepat memompa aliran darah keseluruh tubuh. Kakiku gemetar seiring langkahku yang kian mendekati barisan terdepan. Aku merindukannya, aku yakin dia juga sama. Mungkin dia akan berlari kearahku dan memelukku. Mungkin dia akan tersenyum manis sambil matanya terus memandang ke arahku, seperti waktu pameran di Singapore delapan bulan lalu.

Akhirnya, aku berhasil melawan kerumunan tamu Glenn yang begitu banyak. Aku berdiri di barisan paling depan. Glenn masih nggak menyadari kedatanganku. Wajar sih, aku nggak berdiri berhadapan langsung dengannya. Aku berdiri di barisan paling depan sebelah kanannya, sedang mata Glenn, fokus lurus ke arah di depannya.

Rasanya, aku ingin meneriakan namanya. Rasanya, aku ingin berlari dan memeluk tubuh jangkungnya. Rasanya, aku ingin menciumnya. Jiwaku sedang bersorak merayakan pertemuan ini. Hatiku melompat-lompat nggak sabar untuk saling melepas rindu.

KIMMY ;Lost in LondonDove le storie prendono vita. Scoprilo ora