Dean mendongak. Didapatinya wajah masam dan kesal milik Renata. Cewek berambut lurus sepunggung itu adalah salah satu penghuni minoritas di kelasnya. Cuma ada sembilan cewek di kelasnya ini, sisanya dua puluh tujuh cowok semua. Maklum, prodi maskulin kali ya?

    "Apaan lo ikut nimbrung? Diajak aja kagak."

      Bukannya takut, Renata malah melotot dan mengacungkan kepalan tangan. Namun belum sempat membalas kalimat Dean, namanya dipanggil seseorang. Perhatiannya pun pecah dan ia lebih memilih menghampiri Nadine yang ada di depan pintu kelas. Lalu pergi meninggalkan kelas bersama Nadine, Jasmine dan Audi menuju kantin.

    "Beneran lo tobat, Za?" tanya Dean serius setelah Renata berlalu.

    "Benerlah." Rezanta menyelonjorkan kakinya. "Masa boongan sih."

    "Seriusan lo?" Kevin yang dari tadi banyak mendengarkan bergerak lebih mendekati Rezanta.

    "Kesambet jin apaan lo?" Niko masih tak percaya.

    "Bukan jin, gokil!" Rezanta menoyor kepala Niko. "Tapi kesambet malaikat maut."

      Kemudian Rezanta pun menceritakan perihal mimpi-mimpinya. Mimpi diteror malaikat maut dengan segala ancamannya yang membuatnya tak bisa tidur dan tak tenang hati. Baru kali ini ia menganggap mimpi bukanlah sekadar bunga tidur. Mimpi kali ini benar-benar mempengaruhi dan mengganggunya, karena seperti beneran terjadi.

      Tapi hal itu justru menjadi bahan tertawaan dan olok-olok ketiga sahabatnya. Tentu saja Rezanta kesal dan merasa menyesal telah berbagi cerita.

     "Intinya gue tobat deh. Gue stop pacaran, stop main-main sama cewek." pungkas Rezanta tanggung berkisah. "Sekarang prioritas gue cari bini. Nikah muda kayaknya seru."

   "Kocak lo, mimpi aja dipikirin," Dean masih terkekeh, mengundang lirikan teman-teman lain yang mulai berdatangan ke kelas.

    "Gimana gak kepikiran coba, empat kali gue didatangin malaikat maut. Serem, bikin sport jantung. Kayak beneran dah mimpinya." ungkap Rezanta. "Kalo lo-lo pada yang ngalamin, dijamin bakal shock kayak gue, bangke!"

    "Mau dong gue juga diapelin malaikat maut," Rezanta tahu ini bukan permintaan, tapi sebuah ledekan, sindiran dan candaan dari Niko. Lihat saja, Niko melontarkan kalimatnya sambil terkekeh geli. "Mau nikah muda juga, say. Anu-anuan kan seru."

    "Sialan lo!" Rezanta meninju lengan Niko. "Gue sumpahin lo- lo pada didatangin malaikat maut juga. Kalo bisa sekalian dicabut nyawa."

    "Ampun, Bang Jago!" Dean langsung menangkupkan kedua telapak tangannya ke atas dengan kepala dan mata tertunduk. Ada senyum tertahan di sudut bibirnya. Senyum meledek.

    "Gue pikir, wajar Reza berubah, guys." Kevin menyela bijaksana. Kepalanya terangguk-angguk serius memikirkan cerita Rezanta tentang mimpi-mimpinya. Rupanya ia tak sepikiran dengan Dean dan Niko yang menganggap sepele cerita Rezanta. "Bisa jadi itu bukan mimpi sembarang mimpi. Soalnya dari satu mimpi ke mimpi lainnya kayak nyambung gitu. Ada makna sama tujuannya."

    "Nah, itu!" Tekan Rezanta meng-acc kalimat Kevin

    "Kayaknya Tuhan lagi kasih hidayah buat lo deh."

Desirable Love ( End )Where stories live. Discover now