Chapter 17 : Jalani Saja

3.1K 624 75
                                    

PDF tersedia. Harga 50rb. Minat DM ya ^^

.

.

.

Disclaimers : Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Pairing : SasuFemNaru

Rated : M for abuse content

Genre : Hurt Comfort, Family, Tragedy, Angst, Romance

Warning : Gender switch, OOC, OC, typo(s)

Note : Dilarang copy paste baik sebagian maupun keseluruhan isi fict ini maupun fict milik saya lainnya!

Selamat membaca!

Secret

Chapter 17 : Jalani Saja

By : Fuyutsuki Hikari

"Orang lemah membalas dendam. Orang yang kuat memaafkan. Orang cerdas mengabaikan." - Albert Einstein.

.

.

.

Keduanya terdiam untuk waktu lama. Menu untuk sarapan pagi sudah tersaji di atas meja. Aroma kopi menggelitik indra penciuman yang sayangnya tidak mampu membuat keduanya tidak bergeming.

"Terima kasih!" Pada akhirnya Naruto menjadi yang pertama bicara. Café tempat keduanya duduk menikmati sarapan masih sepi pagi ini. Tidak banyak pengunjung yang datang, mungkin karena bukan hari libur.

Tangan gemetar Naruto mengangkat cangkir dan membawa bibir cangkir ke mulutnya. Wanita itu mendesis saat rasa panas menyakiti lidah.

Sasuke mengembuskan napas keras. Mata tajamnya mengamati gerakan Naruto yang mengembalikan cangkir kopi panas itu ke atas meja. Ia bisa merasakan kecanggungan yang menguar dari teman bicaranya saat ini.

"Kau terlihat lebih kurus belakangan ini."

Naruto mengangkat kepala. Untuk pertama kalinya pagi ini pandangan mereka bertemu dengan intens.

Sasuke menunjuk dengan dagunya. "Kau terlalu kurus. Apa kau tidak bisa menjaga diri dengan baik?"

Tidak ada jawaban. Naruto tidak bisa menjawab jika dia kehilangan nafsu makan akhir-akhir ini hingga berat badannya turum drastis.

"Setidaknya jaga dirimu dengan baik," ucap Sasuke. Ia mendorong sandwich di atas piring ke arah Naruto. "Habiskan!" Itu bukan perintah, tapi sebuah permintaan tulus yang dilandasi oleh kekhawatiran.

"Jujur saja, selama ini aku terus mengikutimu."

Naruto masih tidak menjawab. Pernyataan Sasuke ternyata tidak terlalu mengejutkannya. Bagaimanapun juga tidak masuk akal jika tiba-tiba Sasuke berada di dekatnya dan menolongnya tepat waktu.

"Jika kau ingin aku pergi untuk selamanya, setidaknya beri aku alasan untuk tidak cemas," ucap Sasuke. Terselip permohonan dalam nada bicaranya saat bicara.

Tersenyum tipis, Sasuke menunduk, tangannya sibuk mengaduk kopi dengan sendok. "Bagaimana bisa aku meninggalkanmu jika setiap hari kau terus membuatku cemas?"

"Kita jalani saja."

Gila, Naruto tahu dia sudah gila. Bagaimana bisa kalimat singkat itu meluncur dengan mulus dari tenggorokannya. Ia bisa merasakan tatapan tidak mengerti Sasuke yang terarah kepadanya saat ini. Namun, kalimat itu sudah diucapkan, dan Naruto sudah tidak bisa mundur.

Kedua tangan Naruto terkepal erat di atas pangkuannya. Anggap saja dia tidak tahu diri, tapi Tuhan, dirinya ingin merasakan bahagia.

Egois? Benar, mungkin dia memang egois karena menginginkan kebahagiaan di atas penderitaan orang lain.

TAMAT - SecretSWhere stories live. Discover now