Chapter 7 : Vonis Hukuman

4.3K 570 14
                                    

PDF tersedia. Harga 50rb. Minat DM ya ^^

.

.

.

Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Pairing : SasuFemNaru

Rated : M for abuse content

Genre : Hurt Comfort, Family, Tragedy, Angst, Romance

Warning : Gender switch, OOC, OC, typo(s)

Note : Dilarang copy paste baik sebagian maupun keseluruhan isi fict ini maupun fict milik saya lainnya!

Selamat membaca!

Secret

Chapter 7 : Vonis Hukuman

By : Fuyutsuki Hikari


Tuhan, karuniakanlah diriku ketentraman batin untuk menerima hal-hal yang tak mungkin kuubah, keberanian untuk mengubah hal-hal yang bisa kuubah; dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya. (Barry Spilchuk)



Seperti yang sudah diduga oleh Anko sebelumnya, ruang sidang pagi ini tidak penuh sesak oleh pengunjung. Hanya ada beberapa orang saja yang diijinkan untuk mengikuti jalannya sidang. Hal itu tidak mengherankan, karena pengadilan ini merupakan pengadilan tertutup. Anko menghela napas panjang dan melirik ke jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, lima menit lagi pengadilan akan dimulai, hal ini membuatnya antusias namun juga cemas dalam waktu yang bersamaan.

Tepat pukul sepuluh pagi, seorang pejabat yang bertugas sebagai protocol mengumumkan bahwa majelis hakim akan memasuki ruang sidang. "Majelis hakim memasuki ruang sidang, hadirin dimohon untuk berdiri!" tegas pria itu lantang.

Beberapa pengunjung yang bisa dihitung dengan jari segera berdiri, termasuk jaksa penuntut umum dan penasehat hukum pun ikut berdiri. Beberapa detik kemudian majelis hakim memasukki ruangan sidang melalui pintu khusus dan mendudukki kursinya masing-masing.

Protocol mempersilahkan hadirin duduk kembali. Setelah semua orang di dalam ruangan itu duduk, hakim ketua majelis membuka persidangan dan menyatakan jika persidangan tertutup untuk umum. Pernyataannya ditutup oleh ketukan palu sebanyak tiga kali.

Hakim ketua lalu memerintahkan Penuntut Umum yaitu Hatake Kakashi untuk menghadirkan terdakwa ke ruang sidang. Naruto pun dibawa ke dalam ruang sidang lengkap dengan pakaian terdakwa berwarna biru tua, tanpa diborgol, oleh dua orang polisi wanita dan didudukkan di kursi terdakwa.

Sesuai prosedur, pemeriksaan identitas terdakwa pun dilakukan oleh hakim ketua majelis untuk mencocokkannya dengan surat dakwaan dalam berkas perkara. Setelah mendapati identitas Naruto cocok dengan surat dakwaan, ketua hakim mempersilahkan jaksa penuntut untuk membacakan dakwaannya.

Kakashi segera berdiri dengan berkas di tangannya. Pria itu mengangguk kecil kepada hakim ketua sebagai penghormatan dan mulai membacakan dakwaannya terhadap Naruto.

Naruto yang duduk di atas kursi pemeriksaan, dia hanya bisa diam mendengarkan dakwaan yang ditujukan kepadanya. Hatinya ingin sekali berteriak keras; mengatakan keberatan karena bukan dia yang melakukan kejahatan ini, namun janjinya kepada Hiashi membuat mulutnya bungkam seribu bahasa.

Gadis remaja itu juga ingin menengok ke belakang, dimana Hiashi duduk bersama Neji dan Hanabi. Dia ingin sekali melihat ekspresi pria itu saat ini. Ingin sekali dia tahu, apakah ada perasaan menyesal di dalam diri ayah angkatnya tersebut?

TAMAT - SecretSWhere stories live. Discover now