"Nggak papa, pa. Udah biasa kan," Ujar Gevandra. Jack hanya menghela nafasnya. Selalu saja sepeti itu.

Gevandra duduk di sofa yang berada di ruang rawat ayahnya. Ia meletakkan tas nya, dan mengeluarkan ponsel dari saku.

Mengecek ponselnya, siapa tau sudah ada kabar dari gadisnya. Tapi nihil, tidak ada satupun pesan yang masuk dari Liora.

Hari sudah berganti menjadi petang. Dan selama itu Gevandra hanya duduk terdiam sembari pikirannya berkelana kemana-mana.

"Gevan, kamu pulang aja. Biar papa ditemani sama Om Irfan," Ujar Jack, ia tidak tega melihat Gevandra yang seperti tidak ada gairah untuk hidup. Ia tahu, pasti putranya ini sedang ada masalah.

Gevandra menggeleng "Aku temenin papa aja."

"Kamu selesaikan dulu masalah kamu. Nanti papa suruh om Irfan kesini," Ujar Jack. Akhirnya Gevandra mengangguk, memang ia harus segera menyelesaikan masalahnya.

🍁

Mobil yang dikendarai Cica tiba-tiba berhenti ditengah jalan.

"Kenapa Ca?" Tanya Erlin.

"Mogok kayanya deh Lin," Cica mencoba menstater mobilnya. Tapi tetap tidak hidup juga.

"Duh, gimana dong. Mana udah malem gini," Erlin bergerak gelisah. Melihat keluar jendela, hari sudah begitu gelap.

"Hoaam," Liora menguap lebar sembari merentangkan kedua tangannya, "Ada apa?" Tanyanya sembari mengucek matanya.

"Mogok, Ra." Ujar Erlin.

"Ini kita sampai dimana? Masih jauh dari rumah kita?" Liora melihat keluar jendela, "Coba deh, hubungin siapa gitu."

Cica dan Erlin membuka ponsel mereka masing-masing. Mencoba meminta bantuan.

Liora menurunkan kaca jendelanya saat melihat orang yang tak asing diseberang jalan. Kemudian ia melambaikan tangannya sembari memanggil orang tersebut "Kak Gibran!"

Yang dia panggil menoleh. Kemudian orang itu berjalan menghampiri Liora. Lalu ketiga gadis itu turun dari mobil.

"Kenapa?" Tanya Gibran saat sudah sampai didepan ketiga gadis tersebut "Loh kok kalian masih pakai seragam?"

"Ini mobilnya mogok kak," Jawab Liora "Kita habis dari mall kak. Sepulang sekolah langsung kesana."

"Harusnya tadi itu ganti baju dulu," Ujar Gibran "Lain kali kalau main jangan pakai seragam. Kalian juga pasti nggak ijin sama orang tua kalian kan?"

Ketiga gadis itu hanya cengar-cengir. Gibran menggelengkan kepalanya.

"Gue punya nomer bengkel langganan. Gue telponin ya," Ujar Gibran. Ketiga gadis itu mengangguk semangat. Beruntung ada Gibran.

Keempat remaja itu duduk di pinggir jalan. Menunggu orang bengkel datang. Tiba-tiba saja Gibran menyampirkan jaket dibahu Liora.

"Eh," Liora tersentak kaget.

"Biar nggak kedinginan," Gibran menampilkan cengiran nya.

"Berasa jadi nyamuk gue," Ujar Erlin.

"Kalau gue berasa jadi setan," Celetuk Cica. Membuatnya semuanya tertawa.

Beberapa saat kemudian, orang bengkel pun datang. Memperbaiki mobil Erlin. Tidak perlu waktu lama. Kurang lebih hanya membutuhkan waktu setengah jam saja dan mobil sudah selesai diperbaiki.

"Makasih ya mas," Ujar Erlin kepada orang bengkel setelah membayar. Setelah itu, orang bengkel pun pergi dari sana.

"Makasih ya kak. Kalau nggak ada kakak, paling sekrang kita lagi nangis," Ujar Erlin kepada Gibran.

"Iya," Jawab Gibran "Liora biar bareng gue aja. Apartemennya kan searah sama rumah gue."

Cica dan Erin menatap Liora. Meminta pendapat gadis itu.

"Emang nggak ngrepotin kak?" Tanya Liora.

"Udah biasakan kalau direpotin kamu," Gibran mengacak puncak kepala Liora "Aku ambil motor dulu."

Liora menatap punggung Gibran yang berjalan membelakanginya sembari mengerucutkan bibirnya lucu.

"Pengen deh jadi pacarnya kak Gibran," Ujar Erlin tiba-tiba.

"Sayangnya kak Gibran nggak mau jadi pacar lo," Cica menggelengkan kepalanya "Kasian."

"Kasian, kasian kasian," Erlin prihatin dengan dirinya sendiri.

"Ayok Ra," Ujar Gibran yang sudah berada disamping Liora.

Liora memangguk, menerima helm dari Gibran. Menaiki motor cowok itu sembari memakai helm.

"Aku duluan ya. Kalian hati-hati," Pamit Liora kepada Erlin dan Cica.

"Duluan ya," Ujar Gibran sembari menjalankan motornya.

Kedua gadis itu mengangguk. "Beruntung banget jadi Liora," Ujar Erlin "Pengen kaya dia."

"Nggak cocok! Liora itu manis, lemah lembut. Sedangkan lo itu asem, kerikil kasar," Cica tertawa sendiri. Memang Erlin kan tidak ada manis-manisnya.

🍁

Possessive Psychopath (TERBIT)Where stories live. Discover now