47. Pelukan Ibu

66.3K 7.6K 859
                                    

Update untuk menepati janji 😋

Btw kalian udah rekomendasiin cerita ini belum?

Happy Reading❤

---

Setelah kejadian teror tadi, Liora menjadi diam. Gadis itu hanya duduk bersandar pada tembok. Pandangannya kosong lurus kedepan, dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. Gadis itu ketakutan.

Ketiga temannya sudah pulang. Gevandra yang menyuruh mereka pulang. Gadisnya butuh ketenangan.

Tadi dokter saja tidak jadi memeriksa Liora. Gevandra menceritakan kejadian yang menimpa Liora. Lalu sang dokter hanya menyuntikkan obat melalui infus.

Gevandra duduk di samping Liora. Memeluk pinggang gadis itu dari belakang. Ia juga yang menghapus air mata Liora. Dan sudah satu jam lamanya gadis itu tidak bergerak barang sedetikpun.

Gevandra bergerak gelisah. Cowok itu bingung bagaimana caranya untuk menghibur Liora. Bagaimana caranya agar gadis itu berbicara.

Sudah banyak yang ia lakukan. Menghibur Liora, memberi kata-kata penenang dan juga memberi pelukan hangat untuknya. Tadi dokter juga sudah memberi Liora obat penenang. Tapi gadis itu masih tetap bungkam.

Bunyi pintu yang di buka membuat atensi Gevandra tertuju pada pintu tersebut. Ternyata Indira yang datang.

"Maaf ya mama lama. Mama masak dulu," Ujar Indira, wanita itu membawa totebag berisi makanan. Ia meletakkan makanan tersebut di atas nakas. Ia belum menyadari kondisi Liora.

"Loh sayang, kamu kenapa?" Kaget Indira saat melihat mata sembab Liora dan juga tatapan kosong gadis itu. Lalu Indira duduk di atas brankar, disamping Liora.

"Mama!" Liora langsung memeluk Indira. Menangis meraung di dalam pelukan mamanya. "Aku aku takut."

Ini pertama kalinya Liora bersuara. Walaupun Liora menangis meraung, tapi Gevandra tersenyum lega karena Liora mau bersuara.

Indira membalas pelukan erat Liora. "Kenapa sayang? Ada apa?"

"Liora dapat teror tan," Ujar Gevandra.

"Teror?" Beo Indira.

Gevandra mengangguk, "Yang ketiga kalinya."

Indira terlonjak kaget, "Kenapa kalian nggak ada yang cerita? Sejak kapan?"

"Ja-jangan bahas lagi," Liora menggelengkan kepalanya sembari terus terisak didekapan Indira.

Gevandra dan Indira memaklumi itu. Pasti Liora sangat takut.

Indira mengusap rambut panjang Liora. Beberapa saat kemudian isakan gadis itu  sudah tidak terdengar, dan berganti dengan dengkuran halus.

Indira merenggangkan pelukannya. Kemudian ia melihat wajah Liora. Ia tersenyum lega, ternyata putrinya tidur. "Tidur dia."

Gevandra tersenyum, "Nggak ada yang lebih hangat dari pelukan seorang ibu tan. Nggak ada yang senyaman pelukan ibu. Mungkin karena Liora terlalu rindu sama tante. Makannya dia tidur di pelukan tante."

"Beruntung Liora masih punya tante. Sedangkan aku, aku udah nggak bisa ngrasain hangatnya pelukan ibu lagi tan," Tambah Gevandra.

🍁

Gevandra melajukan mobilnya menuju rumahnya. Sejak Liora di rumah sakit, cowok itu tidak pernah pulang ke apartement. Menurutnya percuma jika pulang ke apartemen. Karena kalau tidak ada Liora, rasanya ia kesepian.

Gevandra mengendarai mobilnya dengan pelan. Tapi tiba-tiba ada mobil yang menyalipnya, dan sengaja menyerempet mobilnya.

"Anjing!"

Gevandra menambah kecepatan laju mobilnya, mengejar mobil yang baru saja menyerempetnya.

Saat mobilnya sudah sejajar, orang yang ada dalam mobil yang menyerempetnya tersebut membuka kaca mobilnya. Seorang pria dengan kacamata hitam.

Gevandra mengernyitkan dahinya. Sepertinya ia tahu siapa orang dalam mobil tersebut. "Berhenti lo!"

Pria tersebut tersenyum smirk kepada Gevandra. Lalu ia melepas kaca matanya.

Gevandra membulatkan matanya, terkejut dengan orang yang berada dalam mobil tersebut, "Jacob!"

Pria tersebut langsung mempercepat laju mobilnya. Dan saat Gevandra ingin menyalip mobil didepannya untuk mengejar mobil Jacob, sebuah truk melintas di depannya.

Tiiin!!

Gevandra langsung mengerem mobilnya. Hampir saja ia tertabrak truk tersebut. Setelah itu ia kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Menyalip beberapa kendaraan didepannya.

"Sialan!" Gevandra memukul stir mobilnya saat mobil Jacob sudah tak dapat ia kejar. Ia kehilangan jejak mobil Jacob.

"Beneran masih hidup ternyata," Ujar Gevandra, lalu ia menyunggingkan smirk nya, "Besok lo ketemu, gue pasti bakalan bunuh lo!"

Lalu Gevandra memutar mobilnya. Kembali berjalan menuju rumahnya.

Sampai di rumah, Gevandra memarkirkan mobilnya di pekarangan rumahnya. Cowok itu dengan tergesa-gesa berjalan masuk kedalam rumah. Ia ingin segera menemui ayahnya.

Gevandra masuk kedalaman rumah. Diruang tamu, ayahnya tidak ada. Kemudian berjalan menuju ruang makan. Tapi disana pun ayahnya tidak ada. Lalu Gevandra meneruskan langkahnya menuju dapur.

"Papa mana bi?" Tanya Gevandra pada pembantunya.

"Tuan Jack dikamar den," Jawab Bi Atik.

"Oh iya bi," Gevandra langsung bergegas menuju kamar ayahnya. Menaiki tangga dengan tergesa. Ia ingin tahu informasi apa yang hari ini ayahnya dapatkan.

"Pa," Ujar Gevandra sembari membuka pintu, lalu cowok itu masuk kedalam kamar ayahnya.

"Loh kok kamu pulang? Liora siapa yang jaga?" Tanya Jack. Saat ini pria itu sedang duduk di sofa sembari berkutat dengan laptop nya.

"Liora sama tante Indira," Ujar Gevandra, lalu cowok itu duduk di samping ayahnya, "Gimana pa udah ketemu pelakunya?"

Jack menggeleng, "Hari ini nggak dapat informasi apa-apa. Om Irfan udah keliling lagi tadi di bandara sama vila. Papa juga nyari informasi di internet. Tapi nggak membuahkan hasil apapun."

"Aku barusan lihat Jacob. Dia beneran masih hidup pa," Ujar Gevandra membuat Jack membulatkan matanya.

"Dimana? Kamu ketemu dia dimana?"

"Nggak ketemu. Tadi pas aku dijalan mau pulang, ada mobil yang nyerempet mobil aku. Terus aku kejar pa. Dan pas mobil aku udah sejajar, ternyata orang yang ada dalam mobil itu adalah Jacob," Ujar Gevandra, "Dan akhirnya dia kembali nyepetin lalu mobilnya. Dan pas aku mau ngejar, ada truk didepan aku. Dan akhirnya aku kehilangan jejak dia pa."

Selama Gevandra bercerita Jack mendengarkan dengan baik. Sembari kedua tangannya terkepal erat. "Tadi dijalan mana?"

"Di jalan Flamboyan pa."

"Besok kita cari kesana. Siapa tau dia tinggal didaerah sana," Ujar Jack. "Papa yakin, pasti dia akan ketemu."

"Makasih ya pa," Ujar Gevandra.

Jack mengangguk, "Iya. Udah sana tidur. Kamu pasti capek."

"Kalau beneran pelakunya Jacob. Aku boleh kan pa kalau bunuh dia?"

🍁

Suka nggak sama part ini?

Next jangan?

Possessive Psychopath (TERBIT)Where stories live. Discover now