32. Ungkapan

93.5K 9.9K 1.8K
                                    

Yuhuu

Aku balik lagi nihh!

--

Saat ini Gevandra dan Talita sedang berada di mobil. Dengan sangat terpaksa Gevandra menuruti mengantar Talita jalan-jalan. Ia tidak bisa jika menolak permintaan ayahnya. Baginya, ayahnya adalah segalanya. Satu-satunya orang tua yang masih tersisa, dan sebisa mungkin ia akan menuruti perintah ayahnya.

"Oh itu ya yang namanya monas," Talita mengacungkan telunjuknya kearah puncak monas. "Ih aku baru sekarang lihat monas secara langsung!"

Gevandra hanya memutar bola matanya. Sedari tadi gadis itu selalu berteriak histeris saat melihat tempat yang menurutnya bagus. Menurut Gevandra, mana mungkin Talita baru melihat ikon kota Jakarta. Ayahnya saja pebisnis terkenal, kalau hanya Jakarta sudah pasti dia sering mengunjungi.

"Ayo ke monas yuk!" Ajak Talita antusias.

"Oke," Jawab Gevandra "Gue tunggu di mobil."

"Ihh kok gitu. Ayo dong sama lo lah. Kan gue nggak tau. Nanti kalau gue ilang gimana? Ayo dong Gevan," Talita merengek sembari memegang lengan Gevandra seperti anak kecil.

"Ayo dong Gevan," Talita memasang wajah memelasnya. Tapi itu tidak mempan, tidak cocok, tidak ada imut-imut nya.

Gevandra menghentikan mobilnya ditepi jalan. Kepalanya sakit mendengar rengkean Talita yang tidak ada hentinya.

Dengan semangat, Talita melepas seatbelt nya "Gue belum pernah kesana. Baru sekarang gue lihat monas," Talita terus saja merengek. Membuat telinga Gevandra panas.

"Nggak usah pura-pura goblok biar kelihatan imut!" Sarkas Gevandra. Dingin dan mencengkam. Membuat Talita langsung bungkam.

Gevandra menatap Talita tajam. Wajahnya memerah menahan marah "Gue tau lo pasti udah pernah kesini. Lo anak pebisnis terkenal, nggak mungkin cuma ke monas aja lo belum pernah!"

Talita menunduk takut. "Gue cuma mau lo perhatian sama gue," Ujarnya pelan.

Gevandra tersenyum miring "Emang lo siapa gue?"

Talita menggeleng. Mengangkat kepalanya pelan. Kemudian ia menatap mata Gevandra "Gue suka sama lo."

Gevandra tertawa. Tawa yang menyeramkan. "Jadi cewek kok murahan."

Talita menggeleng "Enggak. Cuma sama lo gue kaya gini. Cuma sama lo gue bilang suka duluan. Gue sebelumnya nggak pernah gini."

Gevandra masih tersenyum miring. Menatap Talita dengan pandangan jijik.

"Gue suka sama lo. Sejak pertama kita ketemu. Sejak lo nolongin gue. Lo baik ganteng, berwibawa. Apalagi sekarang gue tau, lo itu pebisnis muda yang sukses. Gue jadi semakin kagum sama lo," Ujar Talita terang-terangan. Gadis itu menatap wajah Gevandra dengan lekat "Lo juga suka sama gue kan?"

"Secantik apa sih lo?" Tanya Gevandra sarkas.

"Gue cantik. Cowok cowok banyak yang ngejar gue. Mereka berlomba lomba buat dapetin gue. Dan gue yakin, pasti lo juga sama kaya mereka kan? Lo pasti juga suka sama gue kan?" Ujar Talita. Ia yakin pasti Gevandra juga menyukainya. "Lo pasti mau jadi pacar gue juga kan?"

Gevandra menggeleng "Gue nggak tertarik."

Dengan pandangnya, Talita menggenggam tangan kiri Gevandra. "Lo pasti suka sama gue kan Gevan?"

Gevandra menghempaskan tangan Talita kasar "Berhenti atau lo akan ngrasain akibatnya. Gue udah punya pacar. Dan yang pasti, dia nggak murahan kaya lo!"

Talita menatap Gevandra marah "Gue nggak murahan!"

"Diem atau lo mati!" Teriak Gevandra kehilangan kesabarannya. Ia mencengkram dagu Talita kuat "Kalau bukan karena bokap gue sama bokap lo sahabatan, gue nggak mau semobil kaya gini sama lo! Kalau nggak karena papa, lo udah gue bunuh! Cuma karena papa, jangan nganggep gue mau jalan sama lo karena gue suka sama lo! Nggak akan pernah!" Gevandra menghempaskan dagu Talita dengan kasar. Membuat kepala gadis itu terbentur di pintu mobil.

Possessive Psychopath (TERBIT)Where stories live. Discover now