(30) Permainan di Mulai?

7K 432 7
                                    

JANGAN LUPA UNTUK VOTE AND COMMENT.

KALIAN UDAH SIAP BUAT NGERAMEIN SETIAP PARAGRAF DIBAWAH, KAN?

HAPPY READING.

*****
"Jangan salahkan aku bila aku berubah. Nyatanya, kamu yang membuat malaikat menjadi seorang iblis."
~Dilla~
******

PLAK!

Satu tamparan mulus mendarat di pipi kanan cowok bernetra hijau. Tanpa mengaduh, ia memegang pipinya yang memerah akibat tamparan murka dari Fathan.

Mata pria paruh baya itu memancarakn ketidaksukaannya pada sikap Albar yang makin hari makin jadi.

"Kamu, itu! Sudah tau disana ada Dilla, kenapa kamu meluk-meluk orang lain, hah?!" bentak Fathan didepan wajah Albar. Tangannya menunjuk Dilla yang berdiri di dekat tangga dengan mata sembab.

Dia menangis bukan karena kematian Ariska, tetapi karena Albar yang memeluk Vanilla.

"Lho? Emangnya apa urusannya sama anda?" tanya Albar seolah menantang. Rahang cowok itu sudah mengeras menandakan dia sudah emosi.

Toh, apa salahnya bila ia memeluk Vanilla yang notabenenya adalah kekasihnya.

"Kamu tanya urusannya sama saya? Albar! Dengerin saya! Kamu itu sudah di wasiatkan oleh Ariska untuk kembali sama Dilla! Dan kamu, malah, nggak mau? Selama ini, memang saya terlihat tidak peduli sama kalian, tapi, kali ini, saya akan mengayomi kalian sesuai tugas saya sebagai kepala keluarga!"

"Ck. Apa anda bilang? Mengayomi? Memangnya anda bisa? Bukannya anda cuman bisa mencari uang untuk dihamburkan bersama jalang-jalang itu?" balas Albar dengan suara lantangnya tetapi penuh intonasi. "Lalu, dengan Reina?"

PLAK!

"Kamu ini!___"

"Pa! STOP, Pa!" Ardhan langsung mendorong tubuh Fathan agar menjauh dari Albar, "Papa nggak bisa seenaknya kayak gini! Papa juga harus ngertiin posisi Albar! Dia udah punya pacar dan___"

"Halah! Dia punya pacar hanya untuk main-main saja, kan?!"

"Terus, apa bedanya sama anda yang tiap hari bawa wanita ke hotel, hah?!" tandas Albar membuat Fathan bungkam. Matanya berapi-api melihat Fathan, "Lagi pula, saya udah berubah. Saya serius sama dia dan saya nggak mau nyakitin dia demi cewek kayak dia!"

Kepala Dilla langsung mendongak. Matanya membulat, pandangannya pun mulai memburam karena Albar menunjuk wajahnya tanpa mau menoleh. Cewek kayak dia! Kata-kata itu sukses membuat hati Dilla mencelos begitu saja.

Mengapa disaat seperti ini, tidak ada satupun anggota keluarga Madagaskar yang membantunya? Sialan! Ia tampak seperti orang bodoh yang menjadi parasit dalam keluarga ini.

Setelah mengatakan itu, Albar langsung masuk ke dalam kamar dan menguci pintu rapat-rapat.

Ia membanting pintu kamarnya keras-keras hingga menimbulkan bunyi. Albar langsung duduk di sofa yang berada di dalam kamarnya. Tangannya memijat pelipis yang berdenyut nyeri akibat tidak tidur sejak dua malam.

"Gue nggak peduli. Gue nggak mau nyakitin Vanilla. Dia udah menerima gue apa adanya. Dia udah berusaha buat ngelupain kesalahan gue. Dan dia tulus sama gue," gumam Albar menggebu-gebu, "sulit buat nyari cewek kayak dia."

Ting!

Pandangan Albar beralih pada ponsel yang berada diatas nakas. Ia langsung mengubah posisinya menjadi berdiri, lalu membuka ponselnya.

ALBARES MADAGASKAR (END)Where stories live. Discover now