(27) Berita Buruk

8.2K 498 12
                                    

JANGAN LUPA UNTUK VOTE AND COMMENT, YA.

HAPPY READING
~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Terkadang, apa yang kita lihat benar belum tentu benar. Dan apa yang kita lihat salah, belum tentu salah."
~ALBARES MADAGASKAR~
~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Setelah menyatakan perasaannya pada Vanilla, hati Albar menjadi lebih tenang. Sejak tadi, cowok berkulit putih dengan rambut berjambul itu tak henti-hentinya tersenyum. Di dalam perutnya terasa seperti ada euforia yang tak selesai.

Meskipun, Albar tahu, bahwa Vanilla masih sedikit ragu dengan perasaannya, tetapi Albar akan tetap menunjukan cintanya pada Vanilla dengan berbagai cara.

"Seenggaknya, lo masih mau terima cowok brengsek kayak gue, Nil." Gumamnya dari balik helm yang tengah ia kenakan.

Saat ini Albar hendak pulang menuju rumah. Sebelumnya, cowok itu mengantar gadisnya terlebih dahulu.

Motor sport merah milik Albar berhenti tepat di depan pekarangan rumah mewah berlantai empat. Cowok itu langsung mengernyit setelah mendapati sebuah mobil bewarna merah yang tak asing di matanya, terparkir manis disamping motor milik Ardhan.

"Dilla? Ngapain dia disini?" gumam Albar dengan suara pelan.

Cowok itu langsung turun dari motor, lalu membuka helm full face dan meletakannya diatas spion kanan motor. Setelahnya, Albar masuk kedalam rumah dengan warna cokelat yang mendominasi.

Saat sudah di ruang utama, Albar mendapati Ariska, Dilla, Ardhan, dan Avira yang tengah duduk di meja makan bersama.

Seolah mengacuhkan orang-orang itu, Albar langsung berlalu menuju tangga. Namun, baru di anak tangga pertama, kakinya berhenti bergerak saat Ariska memanggil.

"Albar!" panggil Ariska lembut. Gadis dengan kepala yang sudah tak memiliki rambut itu berdiri dan berjalan menghampiri adik ketiga nya.

Tangan Ariska langsung mengelus punggung Albar. Tentu, ia tahu kalau keadaan Albar saat ini sedang tidak baik-baik saja. Apalagi setelah melihat Dilla yang tengah duduk bersama mereka.

"Kakak mau ngejelasin sesuatu, Bar." Ujar Ariska pelan, "Kakak mau ngelurusin semua ini sebelum Kakak pergi."

Albar langsung membalikan tubuhnya menatap Ariska tajam, "Jangan pernah ngomong kayak gitu, Kak! Kakak itu akan tetep sama kita. Kakak nggak akan pergi ninggalin kita!" ucap Albar penuh penekanan.

Kepala Ariska menunduk, "Bar, tolong, dengerin Kakak sekali ini aja, ya? Kakak nggak mau pergi dalam keadaan nggak tenang." Lirih Ariska.

Suara Kakaknya membuat Albar tidak tega. Hatinya menolak untuk ikut makan bersama orang-orang itu, terlebih ada Dilla. Meskipun hubungan dengan kedua saudaranya sudah membaik, tetapi, tetap saja ia masih belum siap diselimuti kabut awkward di meja sana.

Seraya mendengus, Albar langsung melangkah menuju meja makan dan duduk di sana. Cowok itu duduk disamping Dilla. Ardhan, berada didepan Dilla. Avira, duduk disamping Ardhan. Sedangkan Ariska, ia duduk di sentral kursi.

"Nah, kan, semuanya udah pada kumpul. Kita makan sekarang aja, yuk!" ucap Ariska dengan senyum hangat.

Penghuni meja tersebut membalas senyum Ariska tak kalah hangat. Lalu mereka makan bersama dengan khidmat.

Hingga akhirnya aktivitas mereka selesai. Semuanya masih terdiam menunggu Ariska-kakak tertua berbicara.

Pandagan gadis itu memandang Albar yang menatap kearah lain. Lalu pada Dilla yang menatap semuanya canggung.

ALBARES MADAGASKAR (END)Where stories live. Discover now