(4) Di Balik Sosok Albar

14.6K 929 16
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT, GUYS
HAPPY READING

Motor Albar berhenti ketika ada traffic light di perempatan jalan. Karena merasa bosan menunggu, cowok itu memperhatikan sekitarnya dari balik helm full face yang ia kenakan.

Netranya terpaku pada penghuni mobil ferarri bewarna hitam. Ia masih ingat jelas bagaimana rupa gadis didalam mobil tersebut. Gadis yang sempat mewarnai hidupnya.

Tangan Albar mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Tak lama  berselang, lampu hijau menyala. Tanpa aba-aba, ia langsung menancap gas dengan kecepatan di atas rata-rata. 

Sesampainya dirumah berlantai empat yang didominasi dengan warna cokelat, Albar langsung turun dari motornya. Kemudian, ia berjalan masuk kedalam rumah.

Langkah kakinya terhenti setelah melihat sosok gadis yang sudah lama ia tidak lihat, kini berada di dalam rumahnya bersama Ardan-Abangnya Albar.

Seolah menghiraukan dua orang yang berada didekatnya, Albar kembali melanjutkan langkah menuju kamarnya yang berada dilantai dua.

"Albar." Panggilan itu berasal dari gadis yang duduk disebelah Ardan.

Dengan amat terpaksa, Albar menghentikan langkahnya. Lalu, ia membalikan badannya sembari menatap gadis itu sinis, "Mau ngapain, lo?"

Ekspresi Albar membuat perempuan didepannya sedikit kikuk. Niatnya kembali untuk memberi kabar gembira pada Albar, namun sepertinya tidak ada kesempatan untuk berbincang dengannya seperti dulu.

"Aku mau kab___"

"Gak usah pake bahasa formal. Gue tau lo orang berpendidikan yang mengutamakan etika. Tapi, dimata gue, lo sama aja." Sarkas Albar.

Saat ia hendak melanjutkan kalimatnya, Ardan sudah lebih dulu menatapnya dengan tatapan tak bersahabat. Lantas, di urungkannya niat tersebut.

Matanya kembali memandang datar gadis yang ada di hadapannya. "Gue mau istirahat dulu,"

Albar kembali membalikan tubuhnya dan menaiki rundukan anak tangga yang jumlahnya tak sedikit.

"Apa gak ada waktu buat ngomong sama gue lagi, Bar?" tanya gadis itu dengan mata yang berkaca-kaca.

Albar kembali tersenyum sinis. Tanpa menggubris perkataan gadis itu, ia terus melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

BRAKKKK

Pintu kamar Albar tertutup dengan kasar karena sang empu membantingnya. Ia mengacak rambutnya frustasi, "Arggh!!!"

"Kenapa semuanya muncul pas lagi kayak gini, sih!" Decak Albar.

"Dua kali gue ketemu mantan!" 

Kakinya mendekati ranjang king size-nya. Lalu, ia duduk di tepi kasur sembari menatap lantai dengan design hitam putih seperti catur.

"Gue masih sayang sama lo, Dil. Gue tau, lo juga sayang sama gue. Lo ngelakuin itu cuman karena khilaf. Tapi gue gak bisa maafin lo, Dil." Monolog Albar.

Tiba-tiba, pintu kamar Albar terbuka. Menampilkan sosok Ardan dengan kaos oblongnya. Kaki Ardan berlalu mendekati Albar yang tengah menatapnya tajam.

"Mau apa, lo?" tanya Albar dingin.

"Lo tau gak, Dilla nungguin lo dari siang. Dia mau ngomong sesuatu sama, lo, Bar." Ujar Ardan.

ALBARES MADAGASKAR (END)Where stories live. Discover now