(56) Terungkap

6.2K 355 13
                                    

SUDAHKAH KALIAN BERTOBAT PARA SIDERS?

KALAU BELUM, MARI KITA DATANG KE JALAN YANG LURUS.

JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMMENT, YA. 

HAPPY READING

*****

Lorong panjang rumah sakit Hadula kini dipenuhi oleh serap langkah kaki beberapa orang yang tengah panik. Orang-orang itu tak lain dan tak bukan adalah Albar, Febrio, Rehan, Geovano, Ardhan, Zira, Avira, dan juga Fathan.

Mereka semua langsung datang ke rumah sakit Hadula, rumah sakit yang menjadi tempat penanganan Vinta dan Vanilla setelah mendapat kabar dari Naya, ada sesuatu yang terjadi.

Sejak tadi, jantung Albar berdetak tak karuan. Cowok itu merapalkan berbagai doa agar Vanilla bisa selamat dan dapat melihatnya lagi. Bahkan, Albar memimpin jalan orang-orang yang ada dibelakangnya.

Jalan cepat Albar, berubah menjadi sebuah gerakan berlari kala melihat Popon yang berjongkok dengan punggung yang bersandar. Netra cowok itu memerah. Popon menangis?

Disamping Popon, terdapat kursi panjang yang diisi oleh Naya dan Firly. Kedua gadis itu saling berpelukan seraya menangis juga. Didepan kursi yang di duduki oleh dua gadis itu, terdapat kursi lain yang diisi oleh Dilla.

Pandangan Albar langsung berubah tajam setelah melihat Dilla ada disini.

Persetan dengan gender. Albar langsung menarik tubuh Dilla dan mencekal tangannya hingga cewek itu berdiri, "Awh!" ringis Dilla karena Albar terlalu kencang mencekal tangannya

Albar menatap Dilla tajam dengan rahangnya yang sudah mengeras, "Gue akan laporin lo ke polisi, Dil!" desisnya.

"Bar," tegur Febrio. Ia merasa kalau Albar nantinya akan melakukan hal yang lebih dari itu.

Sementara itu, Geovano langsung memeluk Popon yang sudah menangis sejak tadi, "Kenapa kayak gini, Yo?" isak Popon.

"Ssst... Udah, Pon. Lo harus ikhlas. Vinta udah tenang di alam sana," Geovano menepuk punggung sahabatnya berkali-kali.

Lain dengan Rehan yang sudah berada disamping Firly dan Naya. Ia menyemangati dua gadis itu agar tidak larut dalam tangisnya, "Kalian jangan nangis terus. Doain Vanilla-nya, supaya baik-baik aja."

"DIA UDAH KETERLALUAN, FEB! APA-APAAN DIA DATENG KERUMAH VANILLA, DAN BAWA ANGGOTA MORGANA!" Albar membentak Dilla seraya mengeratkan cekalan tangannya membuat Dilla memejamkan matanya menahan rasa sakit.

"Albar! Dia Kakak-nya Vanilla!" pekikan Fathan membuat semuanya menoleh kearah belakang. Kecuali Zira.

Mereka semua mengernyitkan dahinya.

"Maksud Papa?" Albar bertanya seraya melepaskan celakan tangannya pada Dilla. Kakinya melangkah mendekati Fathan yang tengah mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Dilla dan Vanilla adalah saudara," ujar Fathan lagi.

"Dari mana Papa tau?"

"Mereka adalah anak Papa."

Deg!

ALBARES MADAGASKAR (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ