Aku tersenyum saat melihat tingkah Jimin yang terlihat mulai mengeluarkan sikap kekanak-kanakannya dengan cara ia berlari kecil menuju kesana, kulangkahkan kakiku perlahan menuju tempat ia berada. "Jim apa lagi ini? Apa kau tidak lelah memberiku banyak kejutan sepeti ini." ucapku sambil mendudukan diri disebelah pria itu berada.

Pria itu menggelengkan kepalanya. "Aku hanya memberi semua yang ku bisa padamu."

"Apa kau senang Hyena?." tanyanya lagi yang langsung ku jawab dengan sebuah anggukan yang penuh dengan energi.

"Jim kapan kau menyiapkan ini semua? Bukankah seharian ini kau pergi bersama dengan ku?." tanya ku penasaran, tidak salah kan jika aku bertanya ini padanya? namun kulihat wajah pria itu kini mulai meredup, senyum diwajahnya perlahan memudar.

Dan saat itu juga tiba-tiba pria itu meraih pelan sebelah tanganku, ibu jarinya ia gerakan mengelus pelan. "Hyena sebenarnya ada hal yang ingin ku bicarakan padamu." ujarnya sambil menatap lekat wajahku.

Aku tersentak sebentar. "E-eoh? Katakan lah."

Jantungku mulai berdebar, rasa penasaranku mulai berdatangan saat pria itu mengatakan jika ada sesuatu hal yang ingin ia sampaikan padaku.
Apa dia akan menyampaikan sebuah perasaan nya padaku?

Pria itu terdiam sejenak dengan wajah yang sulit ku artikan. "Ada apa Jim?." tanya ku dengan nada pelan.

"Ini cukup sulit bagiku, tapi aku harus mengatakannya padamu." ujar Jimin dengan wajah yang terlihat mulai serius.

Aku semakin dibuat penasaran olehnya, kurasa ini akan menjadi hal cukup serius terlebih dengan melihat wajah Jimin yang mulai berubah menjadi ekspresi yang cukup serius.

"Besok aku harus mulai bekerja lagi Hyena." ujar nya sambil menatap ku.

Jika boleh jujur sungguh aku ingin menampar wajah tampannya itu sekarang, berani sekali dia membuat jantungku berdebar kencang karena melihat wajah seriusnya itu, ku kira ia akan menyatakan sebuah perasaan nya padaku, namun ternyata tidak. Ayolah Hyena sadarlah itu hanya sebuah ekspetasi sematamu saja.

Aku membuang nafasku. "Lalu? Apa masalah nya?."

"Kau akan di apartment sendirian." ujarnya sambil menundukkan kepalanya kebawah.

Selama kedatangan kami kemari, ia memang tidak lagi pergi ke kantor seperti hal yang ia lakukan saat di korea, ia lebih hanyak menghabiskan waktu denganku dibandingkan harus bercumbu dengan kertas kertas layaknya seorang pekerja kantoran.

Kulihat saat ia mengatakan semuanya dengan perasaan yang penuh kebersalahan, padahal sebenarnya aku sama sekali tidak keberatan jika ia harus sibuk dengan urusan pribadinya itu, aku sungguh rela jika harus ditinggal Jimin sendirian didalam apartemen mewah miliknya.

"Tidak apa Jim kau tidak perlu mengkhawatirkan ku, itu memang sudah kewajiban mu dalam hal bekerja, pergilah dan bekerja dengan tenang." ucapku sambil mengelus elus bahunya.

"Tetap saja Hyena aku merasa tidak enak padamu jika harus meninggalkan mu sendirian." ujarnya menatapku sendu.

Ku buang nafasku pelan. "Kau terlalu banyak memperdulikan ku dibanding kau memperdulikan dirimu sendiri, dimulai dari saat kau membawaku kemari lalu memberikan semua kejutan dan kebahagian padaku. Jadi biarkan aku membalasnya padamu."

"Itu tidak masalah bagiku Hyena, bagiku kau lebih penting dari apapun." ujarnya sambil menatap lekat wajahku.

Sungguh rasanya aku ingin memeluknya saat ia mengatakan hal itu padaku, terlihat dari matanya bahwa ia mengatakan hal itu dengan tulus, walaupun awalnya tidak sesuai dengan ekspektasi ku. Tak ku sangka Jimin yang berteman dekat Jungkook ini ternyata memiliki hati yang sangat jauh berbeda dari pada kawannya itu.

𝐔𝐥𝐭𝐞𝐫𝐢𝐨𝐫 [𝐌] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang