Part 1

31.9K 1.7K 553
                                    

Aku yang sedang sibuk dengan kamarku yang sangat berantakan seperti Kapal pecah akibat pesta semalam.

Pesta kecil kecilan hanya aku dan kedua temanku yang menginap untuk merayakan ulang tahun ku yang ke 21 tahun.

Tapi sungguh ini berantakan sekali sangat mirip dengan kapal pecah walaupun kami hanya bertiga semalam. Mereka pulang tanpa membantuku membereskan semuanya.

Menyebalkan harus membereskan semua ini sendirian tapi tak apa aku senang semalam.

"Hyena apa kau sudah membereskan kamarmu? Jika sudah kemari kebawah ibu ingin bicara dengan mu." teriak ibu dari bawah

Aku langsung membawa sekantong keresek berisikan sampah bungkus makanan dan langsung turun kebawah untuk menemui ibuku.

"Sudah selesai semuanya sayang?"Ucap ibuku saat melihatku berjalan sambil membawa keresek sampah itu.

"Sudah Bu sebentar aku akan membuang ini dulu." ucapku keluar lalu kembali menghampiri ibu yang sedang duduk di sofa lalu aku duduk disampingnya.

"Ada apa, Bu?" Tanyaku.

"Hyena maafkan ibu, semalam ibu tidak ada dirumah untuk menemanimu dihari ulang tahun mu karena ibu sedang banyak urusan yang tidak bisa ditinggalakan dikantor tadi malam." ucap ibu terdengar menyesal

"Tidak apa, Bu. Aku mengerti lagi pula kemarin ada Ryujin dan somi yang menemaniku." ucapku tersenyum.

"Diusiamu ini kau tambah dewasa dan semakin cantik Hyena." puji ibu sambil mengelus elus rambutku

"Apa ibu tidak akan memberiku hadiah?" Ucapku sambil mengerucutkan bibirku.

"Tentu saja ada sayang tutup matamu sekarang." ucap ibu tersenyum.

Aku menurut dan menutup mataku ibupun beranjak dari sofa aku benar benar tidak sabar apa itu hadiahnya semoga hadiahnya yang benar benar aku inginkan.

"Sekarang bukalah matamu perlahan sayang." perintah ibu padaku.

Saat aku membuka mataku perlahan aku melihat sosok laki laki yang benar benar kurindukan selama ini dan kini dia ada di depanku sambil tersenyum.

"Ayahh." sontak aku langsung memeluk pria yang ada di depanku dengan perasaan yang sangat bahagia.

Aku sangat merindukan ayahku ini, sedikit info dia pergi ke luar kota selama 4 tahun untuk bekerja, dan itu sangat lama bukan? Terlebih aku ini adalah anak perempuan yang sangat dekat dengan ayahku.

Aku menangis di pelukan ayah, menangis bahagia karena akhirnya hadiah yang aku inginkan adalah bertemu dengan ayah terwujud.

"Ayah aku sangat merindukan ayah kenapa ayah tidak pulang pulang?" tanyaku sedikit terisak sambil memeluk erat ayahku.

"Selamat ulang tahun putriku yang cantik maafkan ayah yang baru bisa menemuinya sekarang maafkan ayah nak." ucap ayah sambil menangis, ia bahkan semakin mengeratkan pelukan nya.

"Ayah adalah hadiah yang paling aku inginkan." seruku sambil melepaskan pelukan lalu tersenyum pada kedua makhluk yang sangat teramat ku cintai itu.





Hari itu, dihari ulang tahun ku, aku benar-benar sangat teramat merasa bahagia karena pada akhirnya aku bisa merayakan ulang tahun ku bersama kedua orang tuaku yang utuh. Jarang sekali orang di luar sana seberuntung diriku.

Kami bertiga akhirnya memutuskan pergi ke taman, untuk berpiknik merayakan hari ulang tahunku, kami memakan snack dan makanan lainnya sambil melihat pemandangan ditaman sambil bercandaan dan tertawa. Bahagia sekali, rasanya aku tidak ingin ini berakhir.

"Ayah minumannya habis bagaimana ini aku haus." keluhku sembari memegang botol kosong.

"Eoh sudah habis ya, tadi kita hanya membawanya hanya 1 botol saja, baiklah kalau begitu. Ayah belikan dulu ya kamu tunggu disini dengan ibumu." ucap ayah lalu aku menganggukan kepala.


Sudah sekitar 30 menit ayah tidak kembali aku mulai merasa khawatir. Masalahnya kami baru bertemu 2 jam lalu, aku mula berpikiran negatif, aku takut ayah pergi meninggalkan ku lagi.

"Ibu kenapa ayah belum kembali juga." ucapku cemas pada wanita paruh baya yang terduduk di sampingku.

"Biar ibu cari dulu ya." ucap ibu berdiri hendak pergi namun dengan cepat aku menahannya.

"Tidak usah biar aku saja, Bu." ucapku pada ibu, aku mulai mendirikan tubuhku, hendak pergi namun seketika runguku mendengar suara hentaman yang sangat keras, tepat dari arah timur.

Itu adalah arah kemana ayahku pergi dan seperti yang kita ketahui, pria paruh baya itu belum kembali hingga sekarang, aku semakin merasa panik, tanpa berlama-lama lagi aku langsung berlari menuju ke arah timur, tidak pedulikan ibuku yang sudah berteriak memanggilku di belakang sana.

Sampai pada akhirnya akupun tiba menuju tempat ledakan tersebut. Manikku menemukan sebuah kedai yang ambruk disana, sepertinya akibat ledakan keras tadi, tanpa berpikir panjang lagi aku berlari kearah kedai tersebut, takut-takut ayah berada didalam dan suatu hal terjadi padanya.

Aku pun mulai masuk ke dalam sana, manikku langsung disambut dengan beberapa orang yang tergeletak disana, ada beberapa luka pada bagian tubuh mereka, aku semakin merasa takut dan panik, mencari dan berharap tidak ada keberadaan ayah ku disana, ku harap begitu.

Karena penasaran, aku pun mulai mengitari tempat tersebut, cukup berbahaya memang bagiku untuk masuk ke dalam sebuah tempat tersebut, namun entahlah, aku hanya ingin memastikan bahwa ayahku tidak termasuk dari salah satu orang yang ada di dalam sana. Sampai pada akhirnya di bagian sisi kedai itu, aku melihat seseorang yang terbaring tengkurap lemas dilantai dengan punggungnya yang tertimpa kayu besar.

Terlihat sedikit tak asing di mataku, aku mulai mendekat dengan perasaan tak karuan, di satu sisi aku berharap itu bukan ayahku, namun di satu sisi hatiku berkata bahwa itu memang ayahku. Menarik kayu besar tersebut dengan tanganku, jemariku mulai bergetar dan nafasku mulai tertahan kala aku berhasil mendapati sosok tersebut.

Dan kata hatiku benar, dia lah ayahku.

Aku menangis sekencang kencangnya saat melihat ia yang begitu mengenaskan akibat ledakan keras tadi, andai saja tadi aku tidak haus dan ayah tidak pergi membelikan minum mungkin ini tidak akan terjadi. Aku mengutuk diriku sendiri dengan tangisan yang terus berderai.

Lutut ku mulai terjatuh, menatap ayah yang tak sadarkan diri, jemariku terulur, ingin menyentuh sekaligus menarik ayahku ke dalam pelukanku. Hal itu akan terjadi jika saja aku tak merasakan langkahan kaki mendekat ke arahku tepat dari arah belakang. Aku mulai menoleh, namun aku tak sempat melirik tentang siapa gerangan tersebut.

Aku merasakan sesuatu pada kulitku, sebuah tusukan kecil masuk ke dalam tubuhku, seseorang menyuntikan sesuatu pada tubuhku.

"Sial apa itu!!" teriak ku memaki.

Seketika aku mulai merasa keanehan pada tubuhku, kepalaku berdenyut dengan mulai kehilangan keseimbangan. Dan di detik itupun aku mulai menyadari apa yang baru saja masuk ke dalam tubuhku, seseorang menyuntikan semacam obat bius ke dalam tubuhku! dan lebih parahnya obat itu benar-benar cepat bereaksi pada tubuhku!!

Aku lemas dan tidak bisa menahan diriku sendiri akibat suntikan tadi. Dan untungnya tubuhku berhasil ditahan oleh seseorang dari belakang ku, jika tidak mungkin tubuhku akan ikut terjatuh ke lantai kotor penuh dengan debu ledakan itu.

𝐔𝐥𝐭𝐞𝐫𝐢𝐨𝐫 [𝐌] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang