Chapter 19 | Anxious

98 22 5
                                    

06.27

Entah sudah berapa kali Fajar mengecek jam di pergelangan tangannya. Namun, orang yang ia tunggu tak kunjung datang. Ya. Ia sedang menunggu gadis itu. Menunggu Cheryl Pertiwi Wijaya. Gadis yang selalu membuatnya muak setengah mati dengan celotehannya yang sangat tidak jelas.

"Gimana? Cheryl udah dateng?" Tanya Fero yang muncul di belakang Fajar.

Fajar hanya menggeleng.

"Khawatir banget kayaknya," ujar Fero sambil duduk di kursi dekat Fajar.

"Enggak."

"Pelit amat lo," cibir Fero kesal.

Fajar menaikkan sebelah alisnya.

"Jar, gue gak bisa naikin nih alis," ujar Fero sambil menunjuk alis kirinya. "Jangan mainan alis, ah. Gak suka gue."

"Gak jelas ," sahut Fajar sambil menggeleng pelan.

"Lo udah kenal Cheryl lama, ya?" Tanya Fero.

"Enggak."

"Tapi kalian kayak deket lama, lho. Gue kira, alasan Cheryl nolak gue itu elo," Fero menggaruk tengkuknya, salah tingkah.

Fajar menoleh. "Nolak?"

Fero mengangguk kaku sambil nyengir. "Gue pernah nembak Cheryl waktu kelas sepuluh. Tapi dia bilang, dia masih butuh waktu buat buka hati. Biasanya cewek nolak cowok karena tiga alasan. Pertama, masih ada luka di hatinya masalah sama masa lalunya. Kedua, dia lagi dambain seseorang. Ketiga, dia emang gak suka sama orang itu."

"Kayaknya alesan Cheryl yang ketiga, deh."

"Anjim emang lo!" Pekik Fero kesal.

"Biasanya cewek mengatasnamakan luka sebagai penolakan. Padahal yang sebenarnya dia emang gak suka sama orang itu."

"Ck ck ck... gue gak tau harus bersyukur atau harus ngumpat. Tapi kayaknya dua-duanya," ujar Fero.

Fajar mengangkat sebelah alisnya, bingung dengan apa yang barusan Fero katakan.

"Gue harus bersyukur karena akhirnya lo ngomong lebih dari dua kata. Dan ngumpat karena lo ngatain dia emang gak suka sama gue," dengus Fero.

Fajar terdiam, tak menyahut omongan Fero. Tapi benar-benar kesal karena sampai saat ini, gadis itu tak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Anak-anak sudah berkumpul di ruang panitia, menunggu instruksi darinya.

"Tapi seriusan. Sekarang udah hampir jam 7 tapi Cheryl masih belum dateng. Kok, perasaan gue gak enak, ya?" Ujar Fero menampakkan wajah cemasnya.

"Fer!"

Fero menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. Menampakkan Anin yang berlari, menghampirinya. "Kenapa?"

"Cheryl masih belum datang. Kita harus cepet briefing sebelum acara mulai," jawab Anin dengan wajah cemas. "Gue udah telpon, whatsapp, bahkan tadi gue nyuruh Ridwan buat ke rumahnya dan gak ada siapa-siapa. Pas nanya sama pembantu rumahnya katanya semuanya lagi pergi."

Fero bergumam tak jelas sedangkan Fajar sedang memutar otaknya. Dan pandangan Fajar langsung beralih pada gadis yang berjalan bersama dua orang laki-laki. "Karin!" Panggilnya membuat gadis itu beserta Raffa dan Fatir langsung berhenti melangkah.

Karin yang mendengar panggilan itu mengerutkan keningnya dan menghampiri Fajar. "Kenapa?" Tanyanya. Tidak seperti biasanya laki-laki itu memanggilnya.

"Tumben lo gak manggil gue, Jar. Malah manggil pacar gue," celetuk Raffa.

Namun, Fajar tak menanggapi omongan Fajar. Ia menatap datar ke arah Karin. "Cheryl mana?"

Karin nampak terkejut dengan pertanyaan Fajar. Tapi sekarang ia malah mengerutkan keningnya. "Lho? Bukannya dia panitia, ya sekarang? Dia ketua pelaksananya, kan? Ngapain nanya gue dia dimana?"

FAJAR √ [REVISI]Where stories live. Discover now